Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KTM WTO X NAIROBI: Polarisasi Negara Maju & Berkembang Mengeras

Polarisasi antara kelompok negara maju dan negara berkembang mulai mengeras pada hari pertama Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) X di Nairobi, Kenya, hingga muncul usulan untuk membubarkan negosiasi Putaran Doha.
Konferensi Tingkat Menteri WTO X, Nairobi, Kenya Selasa (14/12/2015). /wto.org
Konferensi Tingkat Menteri WTO X, Nairobi, Kenya Selasa (14/12/2015). /wto.org

Bisnis.com, NAIROBI – Polarisasi antara kelompok negara maju dan negara berkembang mulai mengeras pada hari pertama Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) X di Nairobi, Kenya, hingga muncul usulan untuk membubarkan negosiasi Putaran Doha.

Hingga menjelang akhir hari pertama KTM WTO X di Nairobi, Selasa (15/12), tak ada satu pun isu utama Agenda Pembangunan Doha yang bisa disepakati, baik isu milik kelompok negara maju yaitu subsidi dan akses pasar sektor pertanian, maupun isu milik negara berkembang yakni perlakuan khusus dan berbeda.

Dirjen WTO Roberto Azevêdo mengatakan untuk isu-isu utama itu, termasuk isu kompetisi ekspor produk pertanian, para negosiator memang masih belum mencapai titik temu. Namun, ada beberapa negosiasi yang sudah masuk finalisasi, seperti perjanjian perdagangan barang-barang yang ramah lingkungan.

“Beberapa hal itu di luar kabar baik akan disetujuinya Liberia dan Afghanistan jadi anggota baru WTO. Selain itu, rasanya kita juga akan mendengar berita baik dari negosiasi perdagangan barang-barang teknologi informasi. Ini akan jadi terobosan yang signifikan di Nairobi. Ini deal triliunan dolar,” katanya, Selasa (15/12).

Usulan agar negosiasi Putaran Doha dibubarkan datang dari Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (USTR) Michael Froman. Dia mengingatkan bahwa peluang KTM WTO X di Nairobi untuk bisa berhasil menyelesaikan perundingan terkait dengan Agenda Pembangunan Doha sangat kecil.

Komentar ini muncul setelah sejumlah negara juga mengamini agar WTO membubarkan negosiasi tersebut, dan memulainya dari awal lagi. “Sekarang saatnya dunia melepaskan diri dari kungkungan Agenda Pembangunan Doha,” kata Froman dalam artikel yang dirilis Financial Times, awal pekan ini.

Agenda Pembangunan Doha adalah paket reformasi perdagangan global yang jadi agenda WTO pada 2001. Tujuan utama paket tersebut adalah menghilangkan hambatan perdagangan global, hingga mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan global.

Namun, hingga 14 tahun berselang, paket itu nyaris tak bergerak. Hanya sedikit yang bisa diperinci dan operasional. Perubahan signifikan seperti subsidi dan akses pasar, juga isu utama yang diusung negara berkembang seperti Special Product (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM) tak kunjung terealisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Bastanul Siregar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper