Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sarjana Mendidik di Daerah Terpencil Jadi Pengisi Kekosongan Guru

Kekurangan guru menjadi masalah yang kerap terjadi di daerah terpencil. Pemerintah memberangkatkan ribuan sarjana pilihan melalui skema Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T).
Ilustrasi: Mess Satap Tebas/uny.ac.id
Ilustrasi: Mess Satap Tebas/uny.ac.id

Kabar24.com, JAKARTA –  Kekurangan guru menjadi masalah yang kerap terjadi di daerah terpencil.

Pemerintah memberangkatkan ribuan sarjana pilihan melalui skema Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T).

Peserta program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI) ini pun diharapkan mampu menjadi angin segar pada berbagai keterbatasan pendidikan di penjuru Tanah Air selama setahun masa pengabdian.

Salah satu keterbatasan yang umum dijumpai peserta SM-3T adalah kekosongan jam pelajaran akibat minimnya jumlah guru di suatu sekolah. Jika sudah begini, tugas peserta SM-3T untuk menambal kekosongan tersebut.

Salah satu guru SM-3T dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ahmad Solihun, bertugas di Desa Seret Ayon, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Ia menuturkan, murid kelas IX SMPN 10 Satap, tempatnya mengabdi, mengaku saat mereka kelas VII dan VIII sering kali guru tidak masuk kelas. Akibatnya, para pelajar tertinggal dalam materi pelajaran.

"Guru yang mengajar belum tentu hadir. Kadang hanya kami dari SM-3T yang menangani padahal tidak punya jadwal. Bila ada guru yang tidak hadir, para guru SM-3T yang masuk ke kelas, karena banyak masyarakat mengeluh, kasihan anak-anak di sekitar Seret Ayon yang ingin belajar tapi tidak ada gurunya," papar Ahmad, seperti tertulis dari laman UNY, Selasa (27/10/2015).

Seperti guru SM-3T lainnya, lokasi penempatan Ahmad juga jauh dari kata mencukupi. Sekolahnya, SMPN 10 Satu Atap Tebas terletak sekira 50–60 km dari kecamatan Tebas.

Tidak ada aspal, jalan menuju sekolah masih berupa tanah liat yang bercampur pasir putih. Di musim kemarau, jalan tersebut kering berdebu. Jika musim penghujan tiba, jalan berubah menjadi kubangan lumpur bisa menjebak kendaraan.

"Ada juga yang sampai tercebur tenggelam karena banjir," imbuh Ahmad.

SMPN 10 Satap memiliki 33 siswa. Mereka terdiri dari 12 siswa kelas VII, 16 siswa kelas VIII dan lima siswa kelas IX.

Ahmad berujar, awalnya sang kepala sekolah merangkap jabatan sebagai Kepala SDN 49 Satap Tebas, yang lokasinya berdekatan dengan SMP.

Baru pada 2013 ada kepala sekolah khusus untuk jenjang SMP.

Minimnya tenaga guru juga mengharuskan mereka mengajar lintas disiplin ilmu.

"Mata pelajaran Bahasa Indonesia diampu oleh sarjana pendidikan Islam. matematika dipegang oleh lulusan SMA, sedangkan pelajaran IPA dipegang oleh mahasiswa Universitas Terbuka (UT) jurusan Biologi," ungkapnya.

Namun, dengan adanya program SM-3T ini, Ahmad mengaku mendapat pengalaman berharga.

Dengan pengorbanannya, Ahmad berharap dapat menjadi ujung tombak pendidikan di wilayah terpencil Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper