Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG: Dampak Kekeringan di Jateng Selatan Meluas

Kekeringan di wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap dan Banyumas semakin meluas, kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo.
Dampak musim kemarau/Antara-Aditya Pradana Putra
Dampak musim kemarau/Antara-Aditya Pradana Putra

Kabar24.com, CILACAP - Kekeringan di wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap dan Banyumas semakin meluas, kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo.

"Dari pantauan kami, wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem semakin meluas. Ini karena beberapa wilayah yang sebelumnya masuk kategori kemarau sangat panjang, kini menjadi kekeringan ekstrem," katanya di Cilacap, Selasa (20/10/2015).

Menurut dia, suatu wilayah masuk kategori kekeringan ekstrem jika lebih dari 60 hari tidak ada hujan, sedangkan kemarau sangat panjang jika dalam kurun 31-60 hari tidak ada hujan.

Bahkan, ada beberapa wilayah yang telah lebih dari 90 hari tidak ada hujan, antara lain daerah-daerah di pesisir selatan Cilacap, wilayah barat Cilacap, sebagian Kabupaten Banyumas, Kebumen, dan Purworejo.

Selain itu, lanjut dia, kebakaran hutan juga banyak terjadi dan terakhir kali melanda kawasan hutan milik Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, pada Senin (19/10).

Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut disebabkan pengaruh fenomena El Nino di wilayah Jateng selatan masih kuat.

"Kami prakirakan awal musim hujan di wilayah Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara akan berlangsung mulai dasarian [10 hari] pertama November dengan masa transisi relatif pendek. Sementara awal musim hujan di wilayah Kebumen dan Purworejo diprakirakan pada dasarian kedua November," katanya.

Dia mengakui tanda-tanda akan datangnya musim hujan sebenarnya mulai terlihat dan dapat dirasakan, antara lain adanya pembentukan awan hujan dan hawa terasa panas meskipun suhu udara hanya berkisar 29-30 derajat Celcius. Adapun suhu permukaan laut, kata dia, saat ini telah mencapai kisaran 28-29 derajat Celcius.

Akan tetapi, awan-awan hujan yang telah terbentuk itu tersapu oleh angin kencang akibat pengaruh badai di Filipina dan Samudra Pasifik. "Selama masih ada badai, pertumbuhan awan akan terganggu. Namun dalam beberapa hari ke depan, kekuatan badai tersebut mulai melemah," jelasnya.

Teguh mengatakan bahwa dua badai tersebut berdampak pada kecepatan angin yang bertiup di atas wilayah perairan selatan Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang.

Menurut dia, tinggi gelombang maksimum di wilayah pantai selatan Jateng dan DIY serta Samudra Hindia selatan Jateng dan DIY mencapai 3 meter. "Kecepatan angin di wilayah pantai bisa mencapai 15 knots, Samudra Hindia sekitar 20 knots, sedangkan di daratan sekitar 35 kilometer per jam," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper