Kabar24.com, JAKARTA -- Kabut asap yang melanda sebagian daerah Sumatera dan Kalimantan membuat sejumlah sekolah di wilayah tersebut terpaksa meliburkan siswanya. Akibatnya, proses belajar mengajar pun terganggu dan menjadi tidak kondusif.
Guna mengantisipasi materi pelajaran yang tertinggal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya melakukan pembelajaran menggunakan video streaming dengan bekerjasama dengan pusat telekomunikasi yang berbasis media learning.
"Pustekkom membuat aplikasi yang bisa diakses melalui internet oleh guru untuk kemudian disebarkan kepada anak didik," ujar Inspektur Jenderal Kemdikbud, Daryanto saat ditemui di Gedung Inspektorat, Jakarta, Jumat (2/10/2015).
Namun, menurutnya penggunaan aplikasi ini belum sepenuhnya dapat dilakukan mengingat keterbatasan fasilitas yang dialami anak-anak di daerah yang terpencil. Oleh karena itu, pihaknya juga mendorong kepala dinas setempat mengarahkan kepala sekolah dan guru agar memberi bimbingan kepada orangtua untuk melakukan home schooling.
"Jadi guru memberi tahu kepada orangtua mengenai materi-materi pelajaran sehingga di rumah orangtua bisa melakukan home schooling kepada sang anak," tuturnya.
Daryanto menambahkan, dengan cara tersebut tidak hanya insan pendidikan yang disentuh, melainkan juga ekosistem atau interaksi sesama komponen pendidikan. Menurutnya, seorang anak bisa pintar lantaran interaksi antara sekolah, keluarga, dan lingkungan berjalan dengan baik.
"Orangtua turut bertanggung jawab membuat anak menjadi pintar. Sementara saat jalan ke sekolah tanggung jawab guru. Kemudian saat pulang sekolah berinteraksi dengan lingkungan atau komunitas yang positif," imbuhnya.
Terkait hal tersebut, dia mengimbau supaya ketiga komponen tersebut bisa melakukan kolaborasi yang baik, terutama dalam menangani siswa yang menjadi korban kabut asap.