Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan menawarkan strategi pengendalian iklim yang khas Indonesia melalui Intended Nationality Determined Contribution (INDC).
Ketua Dewan Pengarah Pengendalian Perubahan Iklim Tingkat Nasional Sarwono Kusumaatmadja mengatakan perubahan iklim akibat emisi karbon Indonesia tidak lagi mengikuti pendekatan negara maju yang fokus pada mitigasi.
“Kita jangan diinjak-injak terus. Kok kita disuruh gunakan rumus negara lain padahal kita punya kekhasan sendiri,” ujarnya saat jumpa pers di Jakarta, hari ini, Rabu (2/9/2015).
Dalam INDC, Indonesia akan menyeimbangkan antara mitigasi dengan adaptasi. Bila mitigasi cenderung dengan langkah-langkah pencegahan seperti pengurangan pemakaian kendaraan bermotor maka adaptasi dititikberatkan pada peningkatan ketahanan sumber daya atas perubahan iklim.
“Ketahanan itu berupa pangan, air dan energi. Sebagai negara kepulauan banyak kegiatan ekonomi berada di pantai yang rentan terhadap perubahan iklim. Negara lain tidak seperti kita,” ujar mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup era Orde Baru ini.
Sarwono mengatakan Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Namun, berbeda dengan negara Amerika Utara itu, seluruh pesisir Indonesia layak huni sehingga perlu memiliki daya tahan bila air laut naik.
“Ada 1.500 pulau kita yang bisa tenggelam kalau air laut naik akibat suhu Bumi meningkat 2 derajat celcius,” tuturnya.