Bisnis.com, MANADO--Badan Pusat Statistik mengumumkan Provinsi Sulawesi Utara mengalami deflasi 0,53% pada Agustus 2015 akibat normalisasi harga bahan pokok pasca lebaran.
Deflasi kali ini didorong oleh penurunan indeks pada tiga kelompok pengeluaran yakni bahan makanan 0,79%, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,08%, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 3,13%.
Adapun, inflasi tahun kalender Sulut mencapai 1,60%, sedangkan inflasi year-on-year (y-o-y) sebesar 8,64% pada Agustus tahun ini.
“Dari 11 kota yang berada di Pulau Sulawesi pada Agustus 2015, tercatat tujuh kota mengalami inflasi, dan empat kota lainnya mencatatkan deflasi. Empat kota tersebut yakni Manado, Palu, Bau-bau, dan Mamuju,” kata Kepala BPS Sulut Faizal Anwar di Manado, Selasa (1/9).
Sebelumnya, Bank Indonesia Sulawesi Utara memprediksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan berisiko memacu tingkat inflasi di kawasan tersebut dalam waktu dekat.
Kepala Bank Indonesia Sulawesi Utara Peter Jacobs mengungkapkan komoditas misalnya ikan dan cabai berpeluang mengerek inflasi Sulut. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh efek kekeringan di Sulut dan angin kencang.
“Jika musim kekeringan terus berlanjut maka harga dipastikan melonjak tajam, sedangkan suplai ikan diperkirakan turun akibat angin kencang beberapa waktu ini,” katanya.
Untuk itu, dirinya mengemukakan BI dan pemerintah daerah harus terus berkoordinasi secara intensif untuk mengatasi hal itu. Dalam waktu dekat, BI dan pemda bakal mengupayakan untuk membagikan varietas bibit cabai yang tahan panas.
Rencananya, bantuan bibit-bibit itu akan dibagikan pada musim tanam September mendatang. “Kami harus bertindak cepat karena musim tanam sudah dekat,” jelasnya.
Tidak hanya itu, dirinya mengatakan barang-barang elektronik juga berpeluang mendorong tingkat inflasi akibat pelemahan rupiah. Meskipun begitu, Peter memprediksi lonjakan harga barang-barang elektronik tidak akan signfikan menggenjot inflasi kawasan ini.