Kabar24.com, JAKARTA – Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Mahsun mengatakan, kemampuan guru dalam mengembangkan teks naratif menjadi struktur pengembangan berpikir masih minim.
Padahal kemampuan mengembangkan teks naratif sangat penting terutama ketika digunakan untuk menerjemahkan pesan dari buku cerita dan karya sastra lainnya kepada anak atau siswa.
"Banyak guru yang belum mengetahui bagaimana membuat teks menjadi struktur berpikir. Selama ini, selalu lebih kepada bentuk bahasa. Ini memang kelemahan pembelajaran di kita, kurikulum di kita memang tidak berorientasi pada pengembangan struktur berpikir," ujarnya ketika ditemui usai Seminar dan Lokakarya Kebahasaan Lembaga Adat di Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Kelemahan tersebut, menurut dia, perlu diperbaiki apalagi mengingat saat ini kegiatan membaca buku-buku di luar buku pelajaran menjadi kewajiban bagi siswa. Sehingga, menurut Mahsun, guru memiliki tanggung jawab dan juga perlu memiliki kemampuan pengembangan teks naratif.
Mahsun mengungkapkan, Badan Bahasa Kemendikbud akan melakukan pembekalan dan pembinaan terhadap guru-guru terkait untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Pembinaan tersebut dilakukan dengan program awal atau pilot project di sejumlah sekolah.
"Kami lakukan ini bertahap, tidak langsung di semua sekolah, karena kami ingin melakukan ini terhadap sekolah yang memang sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pendidikan literasi secara substantif. Literasi itu bukan hanya membaca, melainkan membaca dan menulis. Setelah membaca, membuahkan pemikiran yang mendorong untuk menulis. Dan untuk membuat anak melakukan itu, diperlukan guru yang mampu membimbingnya dan itu ada ilmunya," ucapnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, hal tersebut sebagai salah satu bentuk dukungan program Kemendikbud yang mewajibkan membaca 15 menit sebelum proses belajar mengajar dalam program penanaman budi pekerti.
Selain melakukan pembibingan terhadap guru mengenai ilmu pengembangan teks naratif, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud juga akan menyebarkan buku-buku cerita lokal dan juga dongeng lokal kepada sejumlah sekolah di lima provinsi.
Secara bertahap mulai dari DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Riau, dan juga Medan.
Menurut dia, saat ini Badan Bahasa memiliki 170 judul buku cerita dan dongeng yang layak baca.
Sebanyak 58 buku di antaranya telah diperbaiki dan siap disebarkan kepada sekolah-sekolah.
"Sebenarnya kami punya 446 judul buku. Namun semua itu kami seleksi benar-benar secara selektif. Karena kami sangat berhati-hati, agar buku yang diberikan pada sekolah adalah benar-benar buku yang layak baca, tidak hanya dari segi bahasa namun juga isi," ucapnya.
Buku cerita dan dongeng dipilih sebagai buku yang disebarkan karena buku tersebut memiliki nilai-nilai budi pekerti yang positif untuk ditanamkan pada siswa.
Selain itu, buku tersebut juga relevan untuk semua tingkatan pendidikan baik sekolah dasar hingga menengah.