Kabar24.com, CIREBON-- Jembatan penyeberangan itu berada di kilometer 178, Jalan Tol Cipali (Cikopo-Palimanan).
SIMAK: Djarot Akui Tak Bisa Beri Perlindungan Khusus ke Go-Jek
Sebelum jalan tol sepanjang 116 kilometer itu dibangun, terdapat 600 makam di sekitar jembatan itu. Termasuk, makam Mbah Samijen.
SIMAK: Korupsi Honor Pegawai, Gubernur Bengkulu Diperiksa Bareskrim
“Makam Mbah Samijem sudah ada sebelum Kota Majalengka ada,” kata Ahmad, tokoh Desa Panjalin Lor Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Minggu (26/7/2015).
Makam-makam itu kemudian dipindahkan ke sisi kanan jalan tol dari arah Jakarta menuju Cirebon. Posisi makam Mbah Samijem saat ini berada persis di sisi jalan tol. Padahal, sebelumnya makam Mbah Samijem ada di tengah-tengah pemakaman.
BACA JUGA: Cemarkan Nama Hakim Sarpin, 2 Komisioner KY Diperiksa Bareskrim
Ahmad menjelaskan, pemindahan makam warga oleh kontraktor jalan tol Cipali tanpa melalui ritual, seperti ziarah ke makam Mbah Samijem dan lainnya. Intinya, kata Ahmad, meminta izin kepada Yang Maha Kuasa agar dalam pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian jalan tol tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
BACA JUGA: Sang Pacar di Balik Kematian Bobbi Kristina
Mereka boleh tidak percaya, tapi itu nilai-nilai yang kami anut di sini,” katanya.
Selain tidak melakukan ritual, kontraktor juga tak berdialog atau bernegoisasi kepada ahli waris. Mereka langsung memindahkan makam setelah memberikan uang kompensasi yang hanya Rp 100.000.
Tengah Sawah
Kini, kondisi makam berada di tengah-tengah sawah dan perkebunan. Tidak ada satu pun akses jalan yang bisa dilewati warga, sehingga saat ada warga yang meninggal, warga harus berjalan masuk ke sawah dan menggotong keranda secara estafet.
Ahmad menyayangkan PT Lintas Marga Sedaya, pemilik jalan tol terpanjang di Indonesia itu tidak menghargai adat istiadat di kampung.
Alhasil dia tak heran menyaksikan sejumlah kecelakaan mobil yang menewaskan pengendaranya terjadi di jalan Tol Cipali yang masuk wilayah Kabupaten Majalengka.
Pada 6 Juli 2015 misalnya, ada enam orang tewas. Lalu ada kecelakaan yang mengakibatkan 7 orang tewas yang terjadi di KM 166 pada 24 Juli 2015. Juga berbagai kecelakaan lain terjadi di sepanjang jalur tol Cipali yang masuk wilayah Kabupaten Majalengka, baik yang mengakibatkan korban jiwa maupun tidak.
Kejadian Aneh
Menurut Ahmad, ada sejumlah kejadian aneh di jalan tol ini. Pertama, “ada warga yang melihat mobil berputar sampai 20 putaran,” katanya. Karena terjadi pada sore hari, cukup banyak warga yang melihat kejadian tersebut.
Kedua, warga yang tengah bekerja di sawah sempat melihat ada seorang wanita berjalan di tengah tol dan rambutnya menutupi jalan tol.
“Setelah itu terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan 6 tewas saat itu,” kata Ahmad.
Ketiga, ini di ruas Tol Cipali yang masuk Kabupaten Cirebon di kilometer 182. Ada batu besar yang berada di sisi sebelah kiri jalan tol dari Cirebon menuju Jakarta. Kontraktor jalan tol sejak awal kesulitan memindahkan. Akhirnya batu besar dibiarkan saja karena beberapa alat berat yang berusaha menggusur atau menggali, justru mengalami kerusakan.
Keempat, pada ruas Tol Cipali yang ada di Kabupaten Cirebon, terdapat ruas yang berkelok-kelok. Kondisi jalan yang mulus membuat pengemudi seringkali lengah dengan kecepatan mobilnya.
“Waktu itu saya tidak sadar, asik saja ngobrol, tiba-tiba saat melihat speedometer, kecepatan mobil sudah diangka 178,” kata seorang pengemudi. Padahal dia merasa kecepatan mobil hanya sekitar 80 hingga 100.
“Saya langsung memerlambat laju kendaraan dan beristirahat sejenak. Kaget juga,” katanya.
Ziarah
Ahmad mengusulkan manajemen PT Lintas Marga Sedaya, yang saham terbesar dimiliki perusahaan Malaysia, segera berziarah ke makam Mbah Samijem.
“Tidak hanya itu, akses warga ke pemakaman pun dipermudah. Karena itu pemakaman satu-satunya di sini,” katanya.
Harapan senada disampaikan KH Maman Imanulhaq, pimpinan pondok pesantren Al Mizan, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
“Kecelakaan itu terjadi karena dalam pelaksanaan pembangunan, kontraktor jalan tol tidak menghargai kearifan lokal yang ada di suatu daerah,” katanya.
Termasuk dalam hal perlakuan terhadap makam.
Maman dan santrinya, sempat melakukan tahlilan di ruas tol untuk meminta keselamatan bagi ribuan pengendara yang melewati. Dia meminta pengelola jalan tol lebih menghargai kearifan lokal, termasuk dengan melengkapi sarana dan prasarana di ruas jalan tol yang belum lengkap.
Juga dengan membayar kekurangan kompensasi kepada warga.
“Siapa tahu doanya warga sekitar bisa membantu keselamatan orang-orang yang melewati jalan tol,” kata tokoh masyarakat ini.