Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Yakin Laju Normalisasi AS Lebih Lambat

Kendati otoritas moneter AS menilai perekonomian sudah cukup kuat, moderasi perekonomian diyakini akan memperlambat laju peningkatan suku bunga acuan atau Fed funds rate.
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org

Bisnis.com, NEW YORK--Kendati otoritas moneter AS menilai perekonomian sudah cukup kuat, moderasi perekonomian diyakini akan memperlambat laju peningkatan suku bunga acuan atauFed funds rate.

Dalam proyeksi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dirilis Kamis (18/6/2015), lima pejabat Federal Reserve (the Fed) memprediksi hingga akhir tahun ini Bank Sentral Amerika Serikat hanya akan menaikkan suku bunga satu kali.

Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan proyeksi Maret. Saat itu hanya seorang pejabat the Fed yang menilai laju normalisasi akan lebih lambat. Kendati demikian, konsensus ekonom meyakini the Fed tetap akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali hingga akhir 2015.

Secara lebih terperinci, the Fed memangkas estimasi levelFed funds rateper akhir 2016 dari 1,875% menjadi US$1,625%. Sementara pada akhir 2017, otoritas moneter memandang posisi suku bunga akan berada pada 2,875% dari semula US$3,125%.

Di sisi lain, investor pasar berjangka memprediksi kenaikan suku bunga pertama terjadi pada Desember. Pelaku pasar melihat peluang kenaikan Desember sebesar 66% dan 49% peluang pada Oktober.

Sementara itu, Gubernur the Fed Janet Yellen mengatakan dirinya masih ingin melihat bukti penguatan yang lebih kuat sebelum mengetatkan dosis moneter AS. Perekonomian saat ini akan lebih sesuai dengan kenaikan secara gradual, katanya.

Ekonom dari Johns Hopkins University Baltimore Jonathan Wright menilai the Fed masih meragukan pertumbuhan yang dicapai AS masih rapuh. Terlebih estimasi pertumbuhan semester I/2015 cenderung sangat lemah.

Perekonomian Negeri Paman Sam membukukan kontraksi 0,7% secarayear-on-yearpada kuartal I/2015 dipicu oleh apresiasi dolar, cuaca buruk, dan gangguan di sejumlah pelabuhan. Konsumsi pun cenderung turun sedangkan manufaktur turut terdepresiasi.

Sementara itu, Kepala Ekonom JPMorgan Chase & Co Michael Feroli menilai the Fed belum cukup yakin untuk menaikkan suku bunga. Faktor global juga tentu menghantam perekonomian dan sepertinya perekonomian global belum pulih, ungkapnya.

Dalam pernyataan resminya the Fed kembali menegaskan bahwa pihaknya ingin memastikan perekonomian cukup kuat menghadapi pengetatan moneter dengan indikator utama level inflasi. The Fed menginginkan inflasi berada pada kisaran 2% selama jangka waktu menengah sebelum kenaikan suku bunga pertama.

Salah satu risiko yang dikhawatirkan sebagai akibat dari kenaikan bunga adalah penguatan dolar berlebihan karena disparitas kebijakan moneter antarnegara. Kenaikan dolar ini berisiko bagi performa ekspor AS. Dampaknya pun sudah terlihat pada paruh pertama tahun ini.

Dalam setahun terakhir, dolar tercatat menguat lebih dari 15% terhadap mata uang utama dunia. Akibatnya, daya saing produk AS menurun dan menggerus nilai ekspor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper