Kabar24.com, JAKARTA-- Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait memaparkan kembali kejanggalan yang ditemukan saat mendatangi rumah Margareth dalam investigasi hilangnya Angeline, 24 Mei 2015.
Salah satunya adalah sebuah kasur di kamar Angeline yang tak terbungkus seprei.
"Ternyata, seprei itu tak ada karena sudah digunakan untuk membungkus mayat Angeline yang diletakkan di sebelah kamar dekat pohon pisang," kata Arist, Rabu (10/6/2015).
Arist menyatakan, pada saat itu tak ada pikiran kalau Angeline sudah meninggal dan mayatnya berada di sekitar rumah tersebut. Arist bersama dengan polisi masih sekadar mengumpulkan informasi dari keluarga angkat Angeline sambil berharap bocah tersebut masih hidup.
Komnas Perlindungan Anak mendapat informasi soal hilangnya seorang anak bernama Angeline dari masyarakat Bali pada 16 Mei 2015. Setelah itu, Tim Reaksi Cepat Perlindungan anak dan perwakilan Komnas PA di Bali langsung mengumpulkan informasi awal. Pada 24 Mei 2015, Arist turun langsung ke Bali dan tiba di Rumah Margriet sekitar pukul 20.00 WITA.
Kejanggalan pertama yang nampak adalah kesaksian Margareth soal keberadaan dan hilangnya Angeline. Margareth mengatakan pada Ariest bahwa dirinya mengetahui Angeline masih berada di Denpasar tapi sama sekali tak mau mengungkapnya.
"Dia bilang, kami tak mungkin menjemput Angeline," kata Arist.
Melarang
Margareth juga sempat melarang Arist untuk masuk ke Kamar Angeline. Akan tetapi, berkat bantuan polisi setempat yang turut hadir, Arist bisa masuk dan menemukan lebih banyak lagi kejanggalan di kamar tersebut.
Arist sempat berseteru dengan Margareth soal kelayakan rumah dan kamar bagi Angeline. Dia menilai kondisi kamar tersebut sangat parah dan tak layak huni, apalagi bagi anak-anak. Pernyataan tersebut memancing kemarahan Margareth dan keluarga hingga perseteruan di jejaring sosial.
Arist memaparkan, kamar dengan kasur tanpa seprei tersebut sangat berantakan dan bau. Setiap orang yang masuk pasti akan terganggu pernapasannya karena bau yang tajam. Saat itu, beberapa bau yang dominan diduga berasal dari telur ayam, makanan anjing, tumpukan pakaian kotor dan toilet yang tak terurus.
"Baunya beda. Ada bau anyir juga, tapi saat itu saya tak mau mengambil kesimpulan karena ada banyak bau yang menyengat," kata dia.
Meski tak berkesimpulan, toh, Arist mengaku melaporkan kecurigaannya terhadap bau tersebut ke Polda Bali pada 25 Mei 2015. Sesuai kesepakatan, Polda Bali mengirimkan sejumlah anjing pelacak untuk memeriksa keberadaan Angeline. Hasilnya nihil.
"Di tempat hilang, anjing hanya mampu beberapa meter kemudian kehilangan jejak. Di rumah, juga tak bisa menemukan," kata Arist.
Menurut dia, jenazah Angeline ditemukan terbungkus sebuah seprei dalam keadaan sudah membusuk setelah Polisi berhasil menangkap saksi kunci. Mayat tersebut dikubur begitu saja dekat pohon pisang di sisi kamar Angeline.
"Tunggu saja pemeriksaan dokter soal penyebab kematiannya," kata Arist.