Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MEA Diproyeksi Mampu Hasilkan US$650 Miliar

Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir tahun ini diprediksi dapat menghasilkan nilai ekonomi mencapai US$650 miliar pada 2030.

Bisnis.com, JAKARTA—Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir tahun ini diprediksi dapat menghasilkan nilai ekonomi mencapai US$650 miliar pada 2030.

Kepala TMF Group Asia Paolo Tavolato dalam laporan bertajuk “Masyarakat Ekonomi Asean: Menangkap Semangat Kebangkitan Asia” menuliskan tahun ini merupakan tahun penentu bagi Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara mengingat batas waktu pembentukan komunitas Asean kian dekat yakni pada 31 Desember 2015.

Laporan yang dipublikasikan TMF Group selaku penyedia layanan bisnis global ini menyebutkan salah satu tujuan dari pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tersebut yakni akan mendongkrak daya saing ekonomi kawasan ini.

“Menurut Jurnal Ekonomi Asia, pendirian MEA dapat menghasilkan US$280 miliar-US$615 miliar dalam nilai ekonomi tahunan pada 2030. Nilai tersebut setara dengan 5%-12% dari proyeksi PDB Asean,” tulis Tavolato dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/6/2015).

Selain itu, lanjut Tavolato, jika Asean menjadi satu kawasan ekonomi, kawasan ini akan menempati posisi ekonomi terbesar ke tujuh di dunia. Kemudian pada 2050, kata dia, Asean diproyeksikan akan menduduki peringkat ekonomi terbesar keempat.

“Banyak daya tarik dari wilayah ini, ada dalam peluang pertumbuhannya yang sangat besar, yakni populasi 620 juta atau setara 9% populasi dunia, rumah bagi tenaga kerja terbesar ketiga di dunia, serta rata-rata tingkat pertumbuhan ekonominya yang berkisar 5,4% per tahun sejak 1980,” papar Tavolato.

Tavolato menjelaskan MEA secara khusus bertujuan untuk mencapai pasar ekonomi tunggal kompetitif yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal secara bebas.

Kendati demikian, Tavolato menuturkan masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk menyerap keuntungan ekonomi tersebut.

Pasalnya, kawasan ini memiliki keragaman yang besar dalam hal pembangunan ekonomi, sistem politik, budaya, dan agama.

“Selain itu banyak yang mempertanyakan kemampuan wilayah ini untuk benar-benar bisa diintegrasikan ke dalam satu ekonomi terpadu,” jelas Tavolato. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper