Kabar24.com, JAKARTA - Polisi akhirnya menghentikan acara bedah buku "Akulah Istri Teroris" karya Abidah El Khalieqy karena khawatir menimbulkan gejolak pada warga Depok, Jawa Barat.
"Karena tidak mempunyai izin untuk menyelenggarakan acara tersebut maka kami hentikan," kata Kabagops Polresta Depok, Tri Yulianto, Ahad (31/5).
Acara tersebut seharusnya dilakukan di Toko Buku Gramedia Depok pada 31 Mei 2015, namun karena ditolak masyarakat akhirnya dibatalkan apalagi dalam acara itu ada lomba berbusana mirip istri teroris.
Pihak penyelenggara melakukan bedah buku dan konferensi pers di salah satu rumah makan di kawasan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, hari ini.
Tri Yulianto mengatakan penghentian ini ntuk mengantisipasi hal-hal tak diinginkan terjadi dan membuat Depok tetap kondusif.
Penyelenggara Multievent Organiser, Anang Dwi Sambodo mengaku terpaksa membatalkan acara kontroversial tersebut.
"Ya acaranya terpaksa dihentikan karena mendapat penolakan keras dari masyarakat Depok," katanya.
Dia mengaku sudah pernah menggelar acara bedah buku tentang Jokowi dan juga diadakan lomba mirip Jokowi.
"Lomba tentunya sesuai dengan judul buku," katanya menyangkut lomba busana mirip istri teroris itu.
Ia mengungkapkan penolakan bedah buku ini juga pernah terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
"Setelah adanya publikasi melalui media sosial, saya mendapat banyak kecaman negatif dari yang lembut hingga yang keras. Bahkan ancaman untuk dibunuh jika tetap menggelar lomba tersebut," katanya.
Dia meminta maaf kepada yang tersinggung oleh rencana lomba tersebut. "Lomba sebenarnya bukan bermaksud untuk menghina," ujarnya.
Sang penulis bukus, Abidah El Khlieqy mengaku terkejut dengan langkah polisi itu karena menurutnya buku tersebut adalah untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang kehidupan sehari-hari istri teroris dan tidak lebih dari itu.
Dia menulis buku itu berdasarkan banyak referensi dan rangkaian penelitian hingga ke Poso, Sulawesi Tengah.
"Saya wawancara dengan beberapa istri teroris, mengetahui kehidupan dan hati mereka. Mereka itu juga manusia, punya cita-cita dan anak. Namun stigma negatif yang didapat mereka dari masyarakat selama inilah yang didapat," katanya.