Kabar24.com, JAKARTA-- Jopi Teguh Lasmana Peranginangin, korban pembunuhan di Venue Club Kemang, baru saja menyelesaikan penelitian soal perkebunan kelapa sawit.
SIMAK: Sudah Islah, Ini yang Masih Mengganjal di Kubu Agung & Ical
Direktur Sawit Watch Jeffry Saragih menyatakan, Jopi baru menyelidiki potensi korupsi pada perizinan perkebunan kelapa sawit.
“Penelitian itu dia kerjakan selama satu tahun terakhir,” katanya, Senin (25/5/2015).
SIMAK: Ini Beda Beras Tiruan Buatan BPPT dengan Beras Plastik
Jeffry mengatakan, Jopi meneliti hampir seluruh perizinan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Utara, dan Sulawesi. Kesimpulan penelitian adalah tingginya potensi korupsi kepala daerah saat memberi izin perkebunan kelapa sawit. Rencananya, hasil penelitian itu diterbitkan menjadi buku.
Beberapa jam sebelum peristiwa penusukan terjadi, Sabtu (23/5/2015), Jeffry masih masih menerima draf buku dari Jopi melalui surat elektronik. Namun, aktivis berusia 39 tahun itu kemudian dinyatakan meninggal dunia akibat penusukan tersebut.
“Rencananya mau diterbitkan sebelum bulan puasa, sekitar Juni 2015,” ujar dia.
Peraturan Daerah
Jopi juga berencana menginisiasi peraturan daerah yang terkait dengan perizinan perkebunan tersebut. Beberapa pekan sebelum tewas, Jopi sudah bertemu dengan perwakilan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan DPRD setempat untuk membahas rencana tersebut.
Namun, Jeffry enggan berspekulasi bahwa kematian Jopi akibat penelitian yang dia kerjakan. Hanya saja, dia menyatakan jika hasil penelitian rekannya itu memang menyinggung nama sejumlah perusahaan dan orang yang diduga bermain dalam perizinan perkebunan.
“Hasil penelitian itu ada beberapa nama untuk daerah Buol (Sulawesi Tengah).”
Dia pun berharap polisi segera mengungkap kasus tersebut. Tim pengacara dari Sawit Watch akan terus mengawal polisi agar pembunuhan Jopi bisa segera diselesaikan.
“Kami juga siap membantu jika memang diperlukan,” ujarnya.
Jopi tewas akibat luka tusuk yang dia terima di Venue Club Kemang, Jakarta Selatan. Nyawanya tak bisa diselamatkan meski sudah dirawat oleh tim dokter di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Dokter menyatakan aktivis Sawit Watch itu tewas karena luka tusuk yang juga melukai paru-paru.