Bisnis.com, SEMARANG—Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal April membuat Jawa Tengah mengalami lonjakan inflasi sebesar 0,17% month to month (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya 0,16%.
Secara tahunan inflasi Jateng sebesar 5,99% year on year (yoy) meningkat dari 5,69% (yoy) di Maret. Kendati terjadi lonjakan, inflasi di Jateng jauh lebih rendah dari nasional sebesar 0,36% (mtm).
Adapun pada Mei, risiko tekanan harga di Jateng diperkirakan masih akan terjadi walaupun dalam level yang relatif rendah. Hal ini sejalan dengan rencana kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif listrik untuk beberapa golongan pelanggan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng Ananda Pulungan mengatakan komoditas yang memberikan sumbangan terbesar adalah bensin, diikuti bawang putih, tarif kereta api, bahan bakar rumah tangga dan gula pasir.
Dia menerangkan inflasi tertinggi terjadi di Kota Solo sebesar 0,35% (mtm) sementara inflasi terendah terjadi di Kota Tegal sebesar -0,10% (mtm).
Berdasarkan disagregasinya, papar Ananda, peningkatan inflasi Jateng lebih disebabkan oleh kelompok administered prices.
“Kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi sebesar 1,69% (mtm) lebih tinggi dibandingkan Maret sebesar 0,95% (mtm),” papar Ananda, Jumat (8/5).
Dia mengakui kenaikan harga komoditas didorong oleh adanya penyesuaian harga BBM. Di samping itu, kenaikan elpiji 12 kg juga turut memberikan andil dalam kenaikan inflasi.
Akan tetapi, kenaikan harga BBM belum memiliki dampak lanjutan (second round effect) pada kenaikan tarif angkutan dalam kota maupun angkutan luar kota. Sehubungan dengan kenaikan harga BBM, Pemprov Jateng menetapkan tidak akan menaikkan tarif angkutan antarkota dalam provinsi.
Di sisi lain, kelompok volatile foods kembali melanjutkan tren deflasi yang sudah terjadi sejak Januari 2015. Pada April deflasi tercatat sebesar 1,41 % (mtm) lebih dalam dibandingkan Maret lalu yang hanya mengalami deflasi sebesar 0,33%.
“Rendahnya tekanan harga kelompok volatile foods utamanya disebabkan oleh komoditas beras dan cabai rawit yang masih berada dalam masa panen di beberapa daerah sentra produksi,” paparnya.