Bisnis.com, JAKARTA-- Lapangan Banteng merupakan satu tempat yang mempunyai sejarah penting pada masa lalu di wilayah Jakarta Pusat.
Kawasan yang terletak di dekat Gereja Katedral dan tidak jauh,dari Masjid Istiqlal cukup populer karena sering diteriakan kondektur angkutan kota di Jakarta: “Lapangan Banteng.”
Zaenuddin HM, menjelaskan tentang asal usul Lapangan Banteng dalam buku karyanya berjudul “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman yang diterbitkan oleh Ufuk Press pada Oktober 2012.
Menurutnya, tanah lapang yang disebut Lapangan Banteng itu dahulunya bernama Waterloo-Plein (plein yang artinya lapangan) Weltevreden Batavia.
Pada masa itu, Lapangan Banteng dikenal dengan sebutan Lapangan Singa, karena di tengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan pertempuran di Waterloo, dengan patung singa di atasnya.
Seperti diketahui bahwa pertempuran Waterloo terjadi pada 18 Juni 1815 di dekat kota Waterloo, sekitar 15 km setelah Ibu Kota Belgia, Brussels. Sebagai pertempuran terakhir Napoleon dengan pasukan Inggris-Belanda-Jerman.
Pertempuran itu juga dicatat dalam sejarh sebagai penutup dari seratus hari sejak larinya Napoleon dari pulau Elba.
Sedangkan, Tugu Singa didirikan pada era pemerintahan pendudukan tentara Jepang (1942-1945). Setelah Indonesia merdeka namanya diganti menjadi Lapangan Banteng.
Rasanya memang lebih tepat, bukan saja karena singa mengingatkan kita pada lambang penjajah, tetapi juga tidak terdapat dalam dunia fauna Indonesia. Sementara itu banteng merupakan lambang nasionalisme kita.
Pada saat Gubernur Belanda JP Coen berkuasa dan membangun kota Batavia di dekat muara Ciliwung, lapangan tersebut dan sekelilingnya masih berupa hutan belantara yang sebagain berpayau-payau.