Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelajar Jadi Begal, Ceu Popong Gebrak Meja di Kantor Anies Baswedan

Pelajar Jadi Begal, Ceu Popong Gebrak Meja di Kantor Anies Baswedan
Tim Jaguar Polresta Depok memeriksa barang bawaan pengendara bermotor saat gelar operasi Bina Kusuma di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Kamis (5/2) dinihari. Razia gabungan yang melibatkan 700 personil dari Polisi, TNI, dan Satpol PP itu dilakukan serentak di tujuh titik wilayah rawan begal yang belakangan ini marak di Kota Depok./Ilustrasi Antara
Tim Jaguar Polresta Depok memeriksa barang bawaan pengendara bermotor saat gelar operasi Bina Kusuma di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Kamis (5/2) dinihari. Razia gabungan yang melibatkan 700 personil dari Polisi, TNI, dan Satpol PP itu dilakukan serentak di tujuh titik wilayah rawan begal yang belakangan ini marak di Kota Depok./Ilustrasi Antara

Kabar24.com, JAKARTA - Politikus Partai Golkar, Popong Otje Djundjunan, mengatakan sudah menegur pemerintah terkait dengan maraknya aksi pembegalan di Indonesia. Teguran itu, kata Popong, dilayangkan dengan keras di hadapan jajaran pejabat Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah, hingga dia menggebrak meja.

"Saya tidak kasar, saya hanya tegas. Maraknya begal ini jelas salah pemerintah," kata Popong saat ditemui di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Kamis, 12 Maret 2015. Menurut Popong, pemerintah khususnya Dinas Pendidikan kurang memperhatikan anak usia pelajar di Indonesia.

Sebab, Popong melanjutkan, seorang anak tidak mungkin tiba-tiba menjadi begal dengan hasrat pribadinya. Penyebabnya antara lain terdapat di faktor lingkungan keluarga dan sekolah. Pemerintah memiliki keterbatasan yakni mengatur masing-masing lingkungan keluarga, sehingga harus memaksimalkan perhatian di lingkungan pendidikan anak.

Menurut dia, teguran pada pemerintah hingga saat ini masih belum membuahkan hasil. "Mereka hanya bisa bilang 'akan'. Saya capek ngomong sampai peura (serak)," kata anggota Komisi X DPR ini. Menurut Popong, pemerintah belum mampu menyayangi anak usia sekolah. "Rakyat itu tidak butuh pemimpin yang hanya pintar. Kami butuh pemimpin yang menyayangi anak usia sekolah."

Meski demikian, Popong mengatakan tidak semua pejabat negara tak peduli pada anak usia sekolah. Beberapa pejabat negara sudah bekerja dengan maksimal dalam memerangi maraknya aksi pembegalan.

Sebelumnya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Bidang Pendidikan Susanto mengatakan keterlibatan anak dalam tindak kejahatan jalanan dilatari banyak faktor. Perubahan usia pelaku begal yang belakangan banyak dilakukan pelaku berusia muda dan berstatus pelajar menunjukkan adanya pergeseran tren dan perubahan perilaku anak usia pelajar.

Pemicu utamanya, kata Susanto, pengaruh teman sebaya dan lingkungan sosial yang buruk. Keberadaan teman dan lingkungan sosial yang terbiasa melakukan tindak kekerasan menyebabkan anak usia sekolah terbawa pola yang ada di lingkungan tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper