Bisnis.com, BALIKPAPAN—Amerika Serikat menjajaki investasi di Balikpapan seiring dengan pesatnya perkembangan infrastruktur dan industri di kota tersebut.
Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan, dan Kesra Setdakot Balikpapan Sri Soetantinah mengatakan Tim Regional Liaison Officer Kedutaan Besar Amerika Serikat mengunjungi Pemkot Balikpapan guna membahas potensi berinvestasi.
“Tim kedubes ingin tahu peluang investasi apa yang ada di Balikpapan. Nanti duta besar berkunjung tahun depan, jadi sudah tahu apa yang akan pertama kali dilihat,” tuturnya, Kamis (4/12/2014)
Soetantinah mengatakan akan menginformasikan gambaran umum mengenai perkembangan ekonomi dan infrastruktur di Balikpapan. Dia mengaku belum mengetahui sektor usaha mana yang menjadi daya tarik utama bagi Amerika Serikat.
Meskipun begitu, Tantin mengatakan pemkot telah mendorong percepatan pengembangan dan pembangunan di beberapa lokasi industri, yakni Terminal Peti Kemas Kariangau dan Kawasan Industri Kariangau.
“Tim kedubes ternyata meminta kami mengenai informasi dari area tersebut secara detailnya bagaimana,” katanya.
Dia juga mengatakan belum mengetahui kepastian investasi para investor dari negara Paman Sam tersebut. Meskipun begitu, pihaknya yakin infrastruktur Kota Balikpapan siap menerima investor-investor asing.
Second Secretary-Vice Consul Kedubes Amerika Serikat Sean McKeating mengatakan pihak kedutaan akan menjadi perantara bagi Pemkot Balikpapan dan para investor dari Amerika.
“Tugas dari tim ini adalah menyampaikan informasi potensi investasi ke Amerika. Yang sudah berinvestasi di sini kan Chevron, potensi lain selain migas akan kami sampaikan,” terangnya.
Menurutnya, kendala yang sering didengar oleh pihaknya adalah ketersediaan listrik bagi kegiatan operasional perusahaan-perusahaan di Balikpapan.
Dia mengatakan saat ini pihaknya belum mempermasalahkan kendala tersebut karena secara umum industri di Amerika lebih banyak bergerak di bidang pemasok peralatan (equipment supplier).
Meskipun begitu, dia ketersediaan kapasitas listrik yang belum memadai tetap menjadi sorotan bagi investor-investor dari negaranya.
“Tentu itu akan menjadi hambatan kalau nanti ada investor yang mau membuka pabrik, pasti kan perlu listrik,” tukasnya.