Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peringatan Dini Tsunami BMKG dan BNPB Cuma Bikin Panik?

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan peringatan dini tsunami sangat penting untuk mereduksi korban jiwa, meskipun kenyataannya bencana itu tidak terjadi.

Bisnis.com, JAKARTA--Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan peringatan dini tsunami sangat penting untuk mereduksi korban jiwa, meskipun kenyataannya bencana itu tidak terjadi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan ketika peringatan dini tsumani ditetapkan tetapi pada kenyataannya tidak terjadi, tidak sedikit warga menyalahkan sistem karena dianggap hanya menimbulkan kepanikan.

“Mengapa harus ada peringatan dini, hanya bikin panik saja? Tak jarang banyak yang menyalahkan BMKG, BNPB dan BPBD. Tidak mengapa, itu artinya masih mereka selamat dari tsunami,” tuturnya Senin (17/11/2014).

Menurut Sutopo, pentingnya peringatan dini agar bisa melakukan evakuasi, sehingga korban jiwa dapat dihindari. Waktu yang tersedia (golden time) untuk evakuasi rata-rata hanya 30 menit setelah gempa bumi. Ini jika sumber gempanya lokal berada di sekitar Indonesia.

Namun, jika gempanya jauh seperti saat tsunami di Sendai Jepang pada 2011, waktunya bisa sekitar 5 jam dengan waktu 30 menit itu dan pasti terjadi kepanikan. Itu berlaku universal.  “Kita masih ingat tsunami di Flores pada 1992 menyebabkan 2.150 orang tewas dan hilang,” katanya.

Begitu juga tsunami di Banyuwangi pada 1994 ada 238 orang tewas. Di Biak pada 1996 menyebabkan 60 orang tewas dan 134 orang hilang. Mega tsunami di Aceh pada 2004 menyebabkan 283.000 orang tewas dan hilang, dan di Pangandaran pada 2006 sekitar 600 orang tewas.

“Memang Indonesia rawan tsunami dan ada sekitar 5 juta jiwa penduduk tinggal di daerah rawan sedang dan tinggi dari tsunami,” imbuhnya.

Berdasarkan survai saat gempa 8,5 SR dan tsunami di Aceh lalu pada 2012  rata-rata 79% masyarakat keluar rumah saat gempa dan 21% tetap berada di rumah. 63% tidak mendengar sirine tsunami.

Sekitar 75% masyarakat evakuasi dengan membawa kendaraan sehingga macet, dan 71% masyarakat belum pernah ikut latihan.

Selain itu infrastruktur peringatan dini tsunami masih terbatas. Dari 4.500 km panjang pantai yang rawan tsunami hanya ada 38 sirine tsunami dari kebutuhan 1.000 sirine. Shelter evakuasi hanya ada sekitar 50 unit dari kebutuhan 2.500 unit.

 

“Ini adalah fakta tsunami harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pemda guna melindungi masyarakat dari ancaman tsunami,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fitri Rachmawati
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper