Bisnis.com, BANDUNG - Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi dan mutu komoditas teh nasional guna menaikkan daya saing di kancah internasional.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementan Yusni Emilia Harahap mengatakan saat ini sebagian besar produsen teh mengeluhkan produksi serta mutu yang rendah sehingga memicu harga yang rendah pula.
“Kami mencatat hal ini karena produsen teh dalam negeri masih menghadapi beberapa masalah dan tantangan,” katanya dalam kegiatan Bandung International Tea Convention 2014 di Hotel Grand Panghegar Bandung, Selasa (5/11/2014).
Dia menyebutkan tantangan yang dihadapi agar teh Indonesia mampu berdaya saing di kancah internasional maka diperlukan peningkatan produksi dan mutu lewat sertifikasi.
Menurutnya, sertifikasi teh yang belum sepenuhnya dilakukan terutama perkebunan rakyat memicu harga teh di pasar internasional rendah.
Pihaknya mencatat nilai ekspor teh pada 2013 hanya mencapai 152.624 ton, atau naik tipis 1,33% dari tahun sebelumnya dari total luas lahan 123.000 hektare, yang dikelola oleh petani kecil 44%, PTPN 33%, dan 25% swasta.
“Meskipun naik, tetapi tren produksi ini menunjukan hal yang kurang positif. Hal ini terjadi karena banyaknya tanaman teh yang sudah tua sehingga perlu peremajaan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, sebagian besar perkebunan teh di Indonesia populasinya masih di bawah standar.
Dia menjelaskan idealnya populasi teh berkisar antara 7.000 hingga 10.000 pohon per ha. “Namun, di Indonesia masih kurang dari jumlah tersebut.”
Oleh karena itu, lanjutnya, penggenjotan produksi teh nasional tidak hanya dilekukan oleh pemerintah pusat. Namun juga perlu peran serta para lembaga terkait yakni pemerintah daerah, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, dan perusahaan.