Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simulasi Tsunami: Komunikasi dan Koordinasi dengan Masyarakat Kurang

Simulasi tsunami yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) pada hari ini (26/10/2014) dinilai minim komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat. Adapun, simulasi hanya melibatkan 300 masyarakat di Banda Aceh dan Aceh Besar.n
Museum Tsunami di Aceh/Bisnis
Museum Tsunami di Aceh/Bisnis

Bisnis.com, BANDA ACEH--Simulasi tsunami yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) pada hari ini (26/10/2014) dinilai minim komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat. Adapun, simulasi hanya melibatkan 300 masyarakat di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Berdasarkan pantaua Bisnis, di sekitar Lapangan Blang Oi, di dua Escape BUilding yakni Gampong Lambung dan Gampong Deang Lumpang, masyarakat tampak tak antusias dan melakukan evakuasi mandiri.

"Kedua gampong ini kan paling dekat dengan Pelabuhan Ulee Lhue, tapi masyarakat yang ikut simulasi sedikit. Sosialisasi dan koordinasinya kurang. Padahal simulasi menentukan jika bencana sebenarnya terjadi," ujar Rusli, salah satu warga Gampong Deang Lumpang, Minggu (26/10/2014)

Dia mencontohkan, pada simulasi tsunami 3 tahun lalu, partisipasi masyarakat lebih besar. Adapun, para siswa di sekolah-sekolah di sekitar Escape Building juga dilibatkan.

Hal senada dikemukakan Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Aceh Nasir Nurdin. Menurutnya, simulasi kali ini tidak memiliki satu pusat komando komunikasi yang padu.

Nasir menyebutkan, simulasi tsunami memiliki tujuan untuk memastikan masyarakat agar mendapatkan informasi yang cepat dan akurat. Selain itu, agar seluruh stakeholder penanganan bencana bisa berkoordinasi dengan baik sesuai perannya.

"Tapi komunikasi dan koordinasi antar stakeholder juga kurang. [Mereka] hanya berkomunikasi secara internal. Padahal komunikasi adalah hal yang paling penting saat bencana," tuturnya.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBA Mukhsin Syafii mengakui keterlibatan masyarakat pada simulasi kali ini minim karena anggaran yang tidak memadai.

"Sosialisasi sudah kami lakukan maksimal. Tapi anggaran hanya untuk 300 peserta. Ke depan, kami ingin masyarakat tak perlu anggaran untuk digerakkan," ujar Mukhsin.

Adapun, simulasi tsunami perlu dilakukan secara rutin untuk terus mengingatkan dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Yubahar Zaini, warga Gampong Lambung mengusulkan simulasi tsunami dilakukan setiap 3 bulan sekali.

"Tsunami sudah 10 tahun yang lalu. Banyak generasi yang tidak tahu pentingnya simulasi tsunami. Walaupun kami sudah paham bagaimana langkah-langkah evakuasi, tetapi simulasi harus terus dilakukan," pungkasnya.

BPBA melakukan simulasi tsunami dimulai dengan membunyikan sirene pertanda tsunami di enam lokasi. Aceh memiliki enam sirene pertanda yakni di Banda Aceh di kantor Gubernur Aceh, Lampulo, Blang Oi, dan di Aceh Besar di Lam Awe, Kajhu, da Lhoknga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper