Bisnis.com, MOSKOW -- Otoritas moneter Rusia menyatakan krisis di belahan timur Ukraina membuat tingkat inflasi negeri Beruang Merah mencapai 7,5% pada tahun ini, lebih tinggi dibanding target pemerintah sebesar 5% +/- 1%.
"Faktor eksternal membuat inflasi terakselerasi dengan cepat," kata Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina, Kamis (25/9/2014).
Elvira menambahkan, lonjakan inflasi disebabkan larangan impor bahan makanan yang diotorisasi Kremlin sebagai balasan dari sanksi UE kepada Moskow.
"Dari kajian 2014, target 5% tidak mungkin tercapai. Estimasi kami inflasi akan mencapai 7,5%, bahkan mungkin bisa lebih tinggi lagi," tambahnya.
Untuk menangani hal ini, bank sentral menyiapkan 3 skenario untuk 3 tahun mendatang. Demikian dikatakan Elvira tanpa menyebutkan detailnya.
"Sebagai langkah berjaga-jaga, kami juga bersiap untuk skenario keempat, yakni penurunan harga minyak dalam jumlah signifikan," paparnya.
Seperti diketahui, setengah pendapatan Rusia berasal dari minyak dan gas.
Penurunan harga tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi global ikut turun secara signifikan, khususnya untuk China, AS dan Timur Tengah.
Elvira menjabarkan, dengan penurunan US$20 atau lebih per barelnya, PDB Rusia akan naik 0,5% tahun depan, 0,3% pada 2016 dan 0,4% tahun berikutnya.
Dari Lithuania, Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi mengakui penurunan pertumbuhan ekonomi Rusia akan berdampak ke zona euro, meskipun dampak tersebut sebatas pada lingkup perdagangan saja.
"Ekonomi Rusia telah turun, pertumbuhan terpangkas cukup besar dan hal-hal itu memberi efek terhadap sisi permintaan Eropa," kata Draghi di Vilnius, Lithuania, Kamis (25/9/2014).
Sebelumnya, ekonom terkemuka memperingatkan kalangan investor dan pengambil kebijakan bahwa Eropa dapat mengalami resesi ekonomi jika tidak mencermati secara serius dampak yang ditimbulkan oleh krisis Ukraina.
Mohamed El-Erian, Kepala Penasehat Ekonomi Allianz SE, menilai konflik yang melibatkan Ukraina dan negara Barat melawan Rusia tersebut hanya menyediakan sedikit opsi penyelesaian.
"Jika ada satu atau paling banyak dua paket sanksi dari Eropa dan dibalas oleh Rusia, Eropa akan tergelincir dalam resesi. Khususnya jika Rusia memotong suplai energi pada saat musim dingin nanti," katanya.