Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Pisah dari Inggris Berpotensi Ganggu Perekonomian Skotlandia

Seorang nasionalis Skotlandia memperingatkan dampak aktivitas bisnis bagi korporasi negara tersebut jika negara tersebut terus menyuarakan keinginan memisahkan diri.

Bisnis.com, EDINBURGH – Seorang nasionalis Skotlandia memperingatkan dampak aktivitas bisnis bagi korporasi negara tersebut jika negara tersebut terus menyuarakan keinginan memisahkan diri.

Skotlandia dinilai harus mempertimbangkan berbagai sektor, terutama sektor ekonomi jika benar-benar berniat meninggalkan Negeri Ratu Elizabeth. Ini pula yang menjadi perdebatan sengit antara pemuka opini negara tersebut dalam seminggu terakhir ini.

Kelompok nasionalis Skotlandia menuduh Perdana Menteri Inggris David Cameron ‘menakut-nakuti’ pelaku bisnis Skotlandia, mengenai dampak buruk yang bisa mereka dapatkan jika memisahkan diri dari Inggris.

Cameron dituduh telah menggiring opini pelaku bisnis melalui isu ketidakpasian ekonomi dan finansial agar memilih bergabung dengan Inggris pada vote yang digelar Skotlandia 18 September mendatang.

Di sisi lain, bekas pemimpin Partai Nasionalis Skotlandia, Jim Sillars mengatakan perusahaan seperti produsen minyak dan gas milik Skotlandia yang beroperasi di Inggris, BP, akan segera di nasionalisasi jika Skotlandia memisahkan diri kelak.

“Referendum ini bukan tentang siapa yang kuat dan tidak. Jika kami memperoleh banyak ‘yes’ [penyataan untuk setuju memisahkan diri] pada vote mendatang, kesempatan itu akan kita gunakan untuk menasionalisasi BP dan beberapa bank,” kata Sillars.

Menurutnya, perusahaan raksasa seperti BP harus belajar mengenai arti nasionalis sebenarnya.

Merespons tindakan nasionalis, BP mengaku bahwa tindakan nasionalis telah menguncangkan perusahaan tersebut, sehingga menimbulkan ketidakpastian status. Hingga saat ini, beberapa korporasi yang selama ini juga ‘patuh’ pada Inggris mengaku masih belum menentukan pilihan mereka untuk vote mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper