Bisnis.com, PEKANBARU—Perekonomian Riau masih dapat menopang penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga Rp3.000 per liter, karena hanya akan meningkatkan inflasi provinsi tersebut sebesar 2,28%.
Mahdi Muhammad, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau, menuturkan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hingga Rp3.000 per liter masih dapat aman untuk perekonomian Riau. Pasalnya, penaikan harga tersebut hanya akan memberikan dampak total penambahan inflasi sebesar 2,28%.
“Kami memproyeksikan penaikan harga BBM bersubsidi senilai Rp3.000 per liter tidak akan membuat inflasi Riau melebihi 7%, dengan catatan tidak terjadi efek psikologis,” katanya di Pekanbaru, Rabu (3/9).
Mahdi menuturkan efek psikologi masyarakat menjelang penaikan harga BBM bersubsidi biasanya ikut mempengaruhi inflasi, karena terjadi lonjakan harga beberapa barang kebutuhan pokok. Untuk itu, pemerintah harus memberikan kepastian waktu dan harga baru BBM bersubsidi saat akan menaikkannya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau sendiri memperkirakan jika harga BBM bersubsidi naik Rp1.000 per liter, maka akan memberikan menambah inflasi Riau 0,77%. Kemudian apabila pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi Rp2.000 per liter, maka inflasi Riau akan bertambah 1,53%.
Hitung-hitungan tersebut belum memasukkan faktor efek psikologis masyarakat terhadap penaikan harga BBM bersubsidi. “Semakin lama penaikan harga BBM bersubsidi itu diumumkan, semakin lama dampak psikologisnya dan semakin tinggi risiko penambahan inflasinya,” ujarnya.
Menurutnya, waktu terbaik untuk menaikkan harga BBM bersubsidi adalah pada September, Oktober atau November. Alasannya, pada ketiga bulan tersebut seluruh daerah di Indonesia umumnya mengalami deflasi, sebelum kembali mengalami inflasi pada Desember.