Bisnis.com, BANDUNG — Kinerja Ekspor non migas Jawa Barat hingga semester I 2014 mengalami perlambatan karena hanya mencapai angka 6,1 milar US$.
Kepala Dinas Perindustrian Jabar Ferry Sofwan mengatakan ada penurunan kinerja yang cukup signifikan dibanding 2013 lalu yang angkanya 21 komoditi mencapai 7,3 miliar US$ dari sektor non migas. Menurutnya kondisi ini terdorong oleh kondisi eksternal di pasar tujuan ekspor Jabar yang tengah mengalami penurunan. “Ada penurunan dibanding 2013 lalu, terpengaruh oleh faktor eksternal,” katanya pada bisnis di Bandung, Kamis (21/8/2014).
Menurutnya sektor non migas yang masih mengandalkan pasar tradisional seperti Eropa, Amerika dan Jepang terpukul dengan kondisi negara tersebut yang ekonominya juga melambat. Ekspor Jabar ke negara-negara ini mengandalkan antara lain, produk hewani, nabati, makanan, minuman, mineral, industri kimia, plastik, karet, kulit dan produk kulit, kayu,anyaman, kertas, pulp, tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, elektronik, dan lainnya.
Ferry mengatakan nilai ekspor non-migas Jabar yang tertinggi masih dicatat oleh komoditi elektronik, mesin dan pesawat mekanik, serta bagian elektronik. Angka ekspor produk tersebut selama Januari-Juni tahun ini mencapai 644,3 juta US$ dengan volume 38,169 ton. Nilai tertinggi kedua adalah kontribusi TPT yang mencapai 617,1 juta US$ dengan volume 107,845 ton.
Menurutnya kondisi eksternal yang belum pulih juga didorong adanya stagnasi permintaan order dari luar negeri setelah melihat situasi politik terutama Pemilihan Presiden 2014. Disperindag mendapat berbagai pertanyaan dari importir luar negeri terkait situasi yang belum memberikan kepastian. “Salah satunya dari Jepang, mereka bertanya bagaimana kondisi perdagangan saat pilpres,” katanya.
Meski ada penurunan di semester I 2014, pihaknya yakin situasi akan berbalik moncer usai Pilpres hingga akhir 2014 ini. Ferry menilai pada semester I 2014 pun meski melambat permintaan produk Jabar tidak berhenti meski dari sisi volume terbatas. “Kalau presiden definitif sudah ada, kami yakin angka ekspor Jabar kembali bergerak naik, kami yakin,” ujarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Jabar Yusuv Suhyar mengatakan faktor eksternal terutama di negara tujuan ekspor Jabar paling memberi pengaruh pada penurunan nilai. Kondisi ini membuat tawaran produk dari Jabar menurutnya tidak menggiurkan bagi negara-negara yang masih berkutat dengan ekonomi domestik.
Menurutnya kondisi ini dialami para eksportir TPT dan produk unggulan lainnya yang pada semester I 2014 lebih banyak memprioritaskan orderan 6 bulan silam atau akhir 2013 lalu. Pergerakan ekspor non migas Jabar kembali akan terjadi pada awal semester II 2014. “Tender dan order baru akan masuk bulan-bulan ini. Order ini yang kita harapkan akhir tahun mengalami peningkatan,” katanya pada bisnis.
Yusuv menilai kondisi penurunan juga tak hanya dialami ekspor melainkan juga impor. Pada 2013 lalu nilai impor bahkan jauh lebih tinggi dibanding ekspor karena tingginya kebutuhan bahan baku mentah. Selain pasar tradisional tujuan ekspor yang masih bermasalah, nilai tukar rupiah terhadap dollar yang meski stabil para eksportir masih menilai tertalu tinggi.
Pada Semester I 2014 ekspor Jabar menurutnya masih tertolong primadona baru yakni polyster dan makanan olahan serta ban yang bisa diserap optimal oleh negara non tradisional di luar Amerika dan Eropa. Yusuv mengatakan negara Afrika menjadi pasar yang paling memungkinkan membeli produk Jabar dengan nilai yang setara dengan pasar Amerika maupun Eropa. “Makanan olahan, ban, itu mereka tidak punya, ini tantangan,” katanya.
Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah IV Jabar Banten Dian Erdiana Rae membenarkan jika kinerja ekspor maupun imporJawa Barat pada triwulan I 2014 tumbuh melambat cukup dalam dibandingkan dengan triwulan IV 2013. “Kinerja ekspor Jawa Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 6,0% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan triwulan IV 2013 sebesar 13,0% (yoy),” katanya.
Seiring dengan ekspor yang tumbuh melambat impor Jawa Barat juga tumbuh melambat sebesar 6,0%(yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 13,2% (yoy). Menurutnya dari data perdagangan ekspor Jawa Barat ke negara lain pada triwulan I 2014 secara nominal menunjukkan tren yang menurun. Nilai ekspor Jawa Barat pada triwulan I 2014 tercatat mencapai 6,3 miliar US$ lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang sebesar 6,5 miliar US$.
“Penurunan tersebut terkait dengan penurunan ekspor produk manufaktur khususnya TPT dan elektronik . Sementara itu, ekspor otomotif masih menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan,” paparnya.