Internet pada saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan dan bagian dari hidup masyarakat. Apapun dapat Anda cari dan temukan di internet. Salah satu yang bisa Anda lihat adalah program memasak dengan nama Masak.tv. Program ini berbeda dengan program masak biasanya yang tayang di televisi.
Program ini rutin tayang di sebuah portal video internet terbesar, Youtube. Hingga saat ini viewers untuk video ini sudah mencapai hingga 2 juta. Program dengan target segmentasi umur penonton 17-35 tahun ini mengajak penikmat program ini untuk belajar dan lebih mengenal masakan Indonesia.
Roby Bagindo adalah satu orang dibelakang layar yang memproduksi Masak.tv. Bermula mendirikan rumah produksi bersama teman SMA setelah lulus kuliah, Roby membuat content services bagi perusahaan yang membutuhkan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.
“Kenapa rumah produksi ini tidak membuat satu program yang rutin. Jadi tidak usah mencari orang untuk menawarkan membuat program, namun sudah memiliki program tinggal mencari sponsor dan iklan,” cerita Roby.
Akhirnya ide tersebut membawa Roby dan teman-temannya membuat program Macindos.tv. Program yang diproduksi Roby bukan program yang ditayangkan di televisi pada umumnya. Dia dan rumah produksinya membuat video tutorial dan video podcast yang di upload di internet. Pada masa tersebut, internet mulai naik daun. Namun program yang dia buat pada 2007 ini tidak berlangsung lama karena segmentasinya sempit.
Pada 2008, banyak dari teman-teman Roby yang mulai sekolah ke luar negeri. Roby pun berangkat ke Jerman untuk sekolah bahasa. Pada saat itu banyak mahasiswa Indonesia yang pergi ke luar tanpa memiliki kemampuan untuk memasak. Padahal kemampuan dasar memasak sangat membantu ketika tinggal di luar negeri.
Roby sendiri telah dibiasakan memasak sejak kecil oleh kedua orangtuanya. Orangtuanya memiliki rumah makan dan usaha menjual bumbu masakan.
“Sejak kelas 2 SD saya sudah bisa membuat nasi tim sendiri,” cerita Roby.
Berawal dari situlah, dia berencana untuk membuat program memasak yang mengedukasi awam belajar masak. Dengan mengajak beberapa temannya yang bersekolah di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Roby membuat Masak.tv pada 2009. Format yang sama, yakni video tutorial dan video podcast, Roby memulai video pertamanya dengan mengubah meja kantor menjadi meja dapur seadaanya.
“Meja kantor dicat warna hitam, diletakkan kompor dan peralatan masak lain seadanya. Dibuat menyerupai dapur dalam acara memasak di tv,” tutur Roby sambil tertawa.
Setelah selesai, video tersebut Roby unggah ke situs Youtube. Akhirnya program Masak.tv rutin membuat video podcast memasak. Saat ini, Anda dapat melihat program ini rutin di Youtube setiap Senin, Rabu dan Jumat. Namun selama bulan puasa, program ini hadir setiap hari.
Masakan yang dibuat dalam program ini 95% nya adalah masakan Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena masakan Indonesia sangat beragam dan tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi.
“Masakan Indonesia itu tidak ada ujungnya,” tutur Roby.
Bukan hanya produksi video yang bertambah banyak, studio Masak.tv pun semakin banyak didatangi orang yang tertarik untuk menjadi chef dalam program tersebut. Untuk hal itu, hingga saat ini Roby masih merumuskan bagaimana pembagian chef tetap dan chef baru ketika mengisi acara. Regenerasi tentunya menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam lima tahun program ini berjalan.
Dari sisi program pun, Masak.tv terus mengembangkan programnya. Pengambilan gambar tidak hanya dilakukan di studio. Mereka mengadakan kerjasama dengan komunitas kuliner, hotel dan restauran. Salah satunya bekerja sama dengan komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) yang didirikan oleh William Wongso. Untuk kedepannya, Roby berharap William Wongso pun bisa ikut memasak di studionya.
Untuk mengeksplorasi masakan, Roby dan tim setahun sekali mengadakan perjalanan ke luar kota. Roby menceritakan salah satu pengalaman menarik ketika dia dan timnya melakukan syuting di Bukittinggi. Kota Bukittinggi merupakan kota asal dari Roby. Dia dan timnya datang ketika ada acara adat. Di sana mereka mendapatkan sekitar 12 resep masakan adat dan tentunya video memasaknya.
Lima tahun memproduksi program ini, tentu tidak semuanya berjalan lancar. Roby dan timnya pernah mengalami kesulitan mencari iklan dan sponsor. Pada mulanya, Roby dengan semangat nasionalisme mencari sponsor produk-produk Indonesia. Namun, ternyata produsen asing yang lebih tertarik dengan program Roby.
Saat ini Masak.tv tergabung dengan Tastemade Network, yakni jaringan global yang berpusat di Amerika. Dalam jaringan ini, pengakses bisa melihat banyak saluran memasak dari berbagai negara. Salah satunya adalah dari Indonesia. Tidak hanya menampilkan saluran memasak, mereka pun mengkurasi sebuah makanan. Memberikan solusi dalam dunia kuliner.
Hingga saat ini Masak.tv sudah mengumpulkan hingga puluhan ribu resep berbagai makanan Indonesia. Diharapkan agar acara ini dapat mengedukasi dan membuka wawasan penonton yang tidak bisa memasak dan masih belum banyak mengenal masakan Indonesia. Roby menjelaskan semoga untuk kedepannya dia dan timnya bisa menerbitkan sebuah buku saku mengenai kuliner Indonesia.
“Semacam survival kitdalam memasak untuk mahasiswa atau siapapun yang hendak tinggal di luar negeri,” tutur Roby.
Internet pada saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan dan bagian dari hidup masyarakat. Apapun dapat Anda cari dan temukan di internet. Salah satu yang bisa Anda lihat adalah program memasak dengan nama Masak.tv. Program ini berbeda dengan program masak biasanya yang tayang di televisi.
Program ini rutin tayang di sebuah portal video internet terbesar, Youtube. Hingga saat ini viewers untuk video ini sudah mencapai hingga 2 juta. Program dengan target segmentasi umur penonton 17-35 tahun ini mengajak penikmat program ini untuk belajar dan lebih mengenal masakan Indonesia.
Roby Bagindo adalah satu orang dibelakang layar yang memproduksi Masak.tv. Bermula mendirikan rumah produksi bersama teman SMA setelah lulus kuliah, Roby membuat content services bagi perusahaan yang membutuhkan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.
“Kenapa rumah produksi ini tidak membuat satu program yang rutin. Jadi tidak usah mencari orang untuk menawarkan membuat program, namun sudah memiliki program tinggal mencari sponsor dan iklan,” cerita Roby.
Akhirnya ide tersebut membawa Roby dan teman-temannya membuat program Macindos.tv. Program yang diproduksi Roby bukan program yang ditayangkan di televisi pada umumnya. Dia dan rumah produksinya membuat video tutorial dan video podcast yang di upload di internet. Pada masa tersebut, internet mulai naik daun. Namun program yang dia buat pada 2007 ini tidak berlangsung lama karena segmentasinya sempit.
Pada 2008, banyak dari teman-teman Roby yang mulai sekolah ke luar negeri. Roby pun berangkat ke Jerman untuk sekolah bahasa. Pada saat itu banyak mahasiswa Indonesia yang pergi ke luar tanpa memiliki kemampuan untuk memasak. Padahal kemampuan dasar memasak sangat membantu ketika tinggal di luar negeri.
Roby sendiri telah dibiasakan memasak sejak kecil oleh kedua orangtuanya. Orangtuanya memiliki rumah makan dan usaha menjual bumbu masakan.
“Sejak kelas 2 SD saya sudah bisa membuat nasi tim sendiri,” cerita Roby.
Berawal dari situlah, dia berencana untuk membuat program memasak yang mengedukasi awam belajar masak. Dengan mengajak beberapa temannya yang bersekolah di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Roby membuat Masak.tv pada 2009. Format yang sama, yakni video tutorial dan video podcast, Roby memulai video pertamanya dengan mengubah meja kantor menjadi meja dapur seadaanya.
“Meja kantor dicat warna hitam, diletakkan kompor dan peralatan masak lain seadanya. Dibuat menyerupai dapur dalam acara memasak di tv,” tutur Roby sambil tertawa.
Setelah selesai, video tersebut Roby unggah ke situs Youtube. Akhirnya program Masak.tv rutin membuat video podcast memasak. Saat ini, Anda dapat melihat program ini rutin di Youtube setiap Senin, Rabu dan Jumat. Namun selama bulan puasa, program ini hadir setiap hari.
Masakan yang dibuat dalam program ini 95% nya adalah masakan Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena masakan Indonesia sangat beragam dan tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi.
“Masakan Indonesia itu tidak ada ujungnya,” tutur Roby.
Bukan hanya produksi video yang bertambah banyak, studio Masak.tv pun semakin banyak didatangi orang yang tertarik untuk menjadi chef dalam program tersebut. Untuk hal itu, hingga saat ini Roby masih merumuskan bagaimana pembagian chef tetap dan chef baru ketika mengisi acara. Regenerasi tentunya menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam lima tahun program ini berjalan.
Dari sisi program pun, Masak.tv terus mengembangkan programnya. Pengambilan gambar tidak hanya dilakukan di studio. Mereka mengadakan kerjasama dengan komunitas kuliner, hotel dan restauran. Salah satunya bekerja sama dengan komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) yang didirikan oleh William Wongso. Untuk kedepannya, Roby berharap William Wongso pun bisa ikut memasak di studionya.
Untuk mengeksplorasi masakan, Roby dan tim setahun sekali mengadakan perjalanan ke luar kota. Roby menceritakan salah satu pengalaman menarik ketika dia dan timnya melakukan syuting di Bukittinggi. Kota Bukittinggi merupakan kota asal dari Roby. Dia dan timnya datang ketika ada acara adat. Di sana mereka mendapatkan sekitar 12 resep masakan adat dan tentunya video memasaknya.
Lima tahun memproduksi program ini, tentu tidak semuanya berjalan lancar. Roby dan timnya pernah mengalami kesulitan mencari iklan dan sponsor. Pada mulanya, Roby dengan semangat nasionalisme mencari sponsor produk-produk Indonesia. Namun, ternyata produsen asing yang lebih tertarik dengan program Roby.
Saat ini Masak.tv tergabung dengan Tastemade Network, yakni jaringan global yang berpusat di Amerika. Dalam jaringan ini, pengakses bisa melihat banyak saluran memasak dari berbagai negara. Salah satunya adalah dari Indonesia. Tidak hanya menampilkan saluran memasak, mereka pun mengkurasi sebuah makanan. Memberikan solusi dalam dunia kuliner.
Hingga saat ini Masak.tv sudah mengumpulkan hingga puluhan ribu resep berbagai makanan Indonesia. Diharapkan agar acara ini dapat mengedukasi dan membuka wawasan penonton yang tidak bisa memasak dan masih belum banyak mengenal masakan Indonesia. Roby menjelaskan semoga untuk kedepannya dia dan timnya bisa menerbitkan sebuah buku saku mengenai kuliner Indonesia.
“Semacam survival kit dalam memasak untuk mahasiswa atau siapapun yang hendak tinggal di luar negeri,” tutur Roby.