Bisnis.com, MOSCOW – Krisis politik antara yang semakin memanas membuat pemerintah Ukraina melarang warganya berbicara dengan wartawan Rusia.
Komite Radio dan Televisi Ukraina dalam pernyataanya, Rabu (30/7/2014), menuduh wartawan Negeri Beruang Merah selama ini menyebarkan kebohongan dan distorsi dalam setiap pemberitaan tentang negara itu.
“Setiap hari, provokasi informasi oleh jurnalis Rusia kian kurang ajar,” kata pernyataan itu seperti dikutip The Moscow Times, Kamis (31/7/2014).
Tujuan wartawan Rusia, tambah pernyataan itu, adalah mendiskreditkan angkatan bersenjata Ukraina, badan antiteroris, dan pihak berwenang Ukraina.
“Kami meminta warga Ukraina, perwakilan LSM, instansi pemerintah untuk menolak berkomentar, wawancara, memberikan pesan infromasi kepada media Rusia, karena dapat digunakan untuk melawan Ukraina dan warga negara kita.”
Ukraina pantas berang. Stasiun televisi pemerintah Rusia, Channel One, baru saja diserang lantaran menayangkan laporan saksi mata tentang bocah laki-laki berusia 3 tahun yang disiksa dan disalib oleh militer Ukraina di kota wilayah timur.
Sejumlah politisi Rusia dan jurnalis menggambarkan laporan itu sebagai liputan tak pantas di wilayah konflik.
Stasiun televisi lainnya, Rossia, pernah ketahuan menggunakan rekaman pertempuran di pegunungan Kaukasus Utara pada 2012 untuk menggambarkan kekerasan terhadap penduduk sipil pro-Rusia di Ukraina.
Ketika ditemukan fakta yang sebenarnya, wakil kepala grup media pemerintah, Dmitry Kiselyov, hanya menyebut kejadian itu sebagai “kesalahan yang tak disengaja”.