Bisnis.com, NEW ORLEANS – Theodore van Kirk, saksi hidup terakhir pengeboman Hiroshima, Jepang, pada Perang Dunia II, dikabarkan telah wafat di rumah pensiunnya di Georgia, Amerika Serikat, Selasa (29/7) waktu setempat. Dia tutup usia pada umur 93 tahun.
Van Kirk merupakan navigator penerbangan pesawat tempur B-29 Superfortress Enola Gay yang menjatuhkan bom atom “Liitle Boy” pada 6 Agustus 1945. Dia salah satu dari 12 awak pesawat yang dibawa dalam misi pengeboman.
Dia sempat mengatakan tidak ingin melihat bom atom digunakan lagi, setelah satu bom atom meledak dalam perang. Namun dia membela penggunaan bom atom kala itu sebagai pilihan terbaik dibandingkan rencana serangan udara besar-besaran AS di pulau utama Jepang dan invasi sekutu ke negeri itu.
“Bom ini terbukti menyelamatkan banyak nyawa. Meskipun jumlah korban di Hiroshima dan Nagasaki cukup besar, kehancuran jika invasi terjadi akan jauh lebih besar,” katanya suatu hari pada Georgia Public Broadcasting.
Jumlah korban tewas di Hiroshima hingga akhir tahun diperkirakan mencapai 140.000 orang, dari total 350.000 penduduk yang tinggal di area ledakan.
Tiga hari setelah pengeboman Hiroshima, AS menjatuhkan bom atom kedua “Fat Man” di Nagasaki. Jepang kemudian menyerah pada 15 Agustus 1945 yang membuat PD II berakhir.
Van Kirk mengatakan misi Hiroshima relatif mudah, dengan tanpa tembakan dari darat. Kekhawatiran terbesar tim saat itu adalah kemungkinan pesawat meledak setelah menjatuhkan bom.
Dia mengatakan 43 detik setelah bom dijatuhkan, terlihat kilatan dari ledakan. Gelombang kejut kemudian datang dan menggoncang pesawat tempur.
Setelah perang, Van Kirk yang kelahiran Pennsylvania sempat ikut sebuah misi militer ke Eropa dan mengunjungi Kota Nagasaki. Dia kemudian belajar teknik kimia dan menjadi seorang eksekutif Dupont, perusahaan chemical AS.