Bisnis.com, JAKARTA--Politikus senior Partai Golkar M.S. Hidayat mengakui siap dengan kemungkinan menjadi partai oposisi meskipun tidak memiliki pengalaman sebagai oposisi.
Hidayat mengakui sudah menjadi tradisi Golkar menjadi bagian dari pemerintahan. Hal itu berlangsung sejak era pemerintahan orde baru hingga era reformasi. Bahkan selama masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berlangsung sejak 2004 – 2014, Golkar pun selalu menjadi bagian dari kekuasaan.
“Jadi dia [Golkar] enggak punya pengalaman [di luar pemerintahan]. Tapi siapa tahu pak Ical [Aburizal] ingin mencoba di luar tradisi. Tradisi baru,” ujarnya, Kamis (17/7/2014).
Namun demikian, lanjutnya, hal itu tidak menutup kesiapannya menjadi pihak oposisi apabila ternyata hasil pengumuman Pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli 2014 menetapkan calon presiden yang tidak diusung Golkar menang dalam Pilpres.
“Kalau Anda tanyakan saya, saya sih siap [jadi oposisi]. Tapi kan saya bukan satu-satunya orang Golkar yang bicara begitu. Jadi biarkan saja setelah 22 Juli bergulir,” katanya.
Hidayat mengatakan partainya telah menandatangi koalisi permanen bersama dengan Partai Gerindra yang dipimpin oleh capres bernomor urut dua Prabowo Subianto. Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.
Dengan perjanjian koalisi permanen tersebut, lanjutnya, Partai Golkar mau tidak mau harus tetap menjalankan koalisinya, apapun hasil pengumuman pemungutan suara Pilpres oleh KPU pada 22 Juli 2014 nanti.
“Kalau memang koalisi permanen itu betul-betul mau permanen, dia akan tetap menjalankan koalisinya. Bahwa apapun yang diputuskan KPU, semestinya kita bisa menerimanya,” katanya.