Bisnis.com, MOSKOW—Meski ekonomi Rusia terancam stagnan akibat penjatuhan sanksi dari negara Barat, pemerintahan Putin justru berencana mengucurkan pembiayaan ke Crimea hingga 130 miliar rubel (US$3,6 miliar) pada tahun mendatang.
Kementerian Keuangan Rusia telah berjuang untuk memangkas anggaran ekonomi menyusul perlambatan ekonomi dan inflasi yang melampaui target.
Tidak hanya itu, semenjak krisis Ukraina mencuat dan ditandai dengan lepasnya Crimea ke Rusia, eksodus modal terjadi hingga dua kali lipat pada kuartal I/2014.
“Rasanya tidak mungkin kita meningkatkan anggaran belanja di tengah kondisi krisis geopolitik saat ini,” jelas Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov di Moskow, Selasa (15/4).
Siluanov menyebut ekspansi ekonomi Rusia akan melambat kurang dari 0,5% atau hampir mendekati nol. Tetapi, dirinya yakin pelarian modal akan semakin berkurang pada kuartal kedua tahun ini.
Bank sentral Rusia mencatat aliran modal ke luar Rusia melonjak menjadi US$50,6 miliar pada kuartal I/2014 dari US$27,5 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Data Kementerian Keuangan juga menunjukkan Rusia memiliki surplus fiskal mencapai 0,7% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun ini.
Lebih lanjut, pemerintah Rusia menargetkan defisit fiskal sekitar 0,5% terhadap PDB tahun ini.
Rubel sendiri terlihat mengalami apresiasi 8,7% tahun ini, performa terburuk kedua di antara 24 mata uang emerging markets.