Bisnis.com, MANILA—Peso, mata uang Filipina gagal mencatat penguatan di tengah data ekonomi yang menyebutkan bertambahnya surplus transaksi neraca berjalan dan meningkatnya peringkat kredit.
Pasalnya, data impor Filipina kemungkinan besar tidak akurat sejak awal 2007, sebagian besar akibat penyelundupan sehingga memudarkan pengaruh penambahan surplus transaksi neraca berjalan dan penguatan peso.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Credit Suisse Group AG, terdapat perbedaan signifikan antara statistik impor pemerintah dengan ekspor yang terekam oleh beberapa mitra dagang Filipina antara lain Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
“Saya tidak terkejut jika neraca transaksi berjalan dapat terjungkal ke level defisit selama dua hingga tiga tahun akibat selisih data perdagangan,” kata Michael Wan, ekonom Credit Suisse di Singapura, Kamis (27/3).
Menurutnya, jika selisih perdagangan terus berlanjut, maka hal itu akan menjadi hambatan. Akibatnya, peso akan semakin rentan dengan arus modal keluar portofolio.
Disparitas antara data perdagangan dengan neraca transaksi berjalan semakin memberi tantangan kepada Presiden Filipina Beniqno Aquino.
Sebelumnya, Aquino juga mengkritisi Bea Cukai Filipina terkaitnya menguapnya pendapatan akibat penyelundupan dan meluncurkan langkah-langkah strategis untuk memerangi korupsi dalam lembaga pemerintahan.
Laporan lainnya, Global Financial Integrity di Washington juga menyebutkan Pemerintah Filipina menelan kerugian US$19,3 miliar sejak 1990, sejak maraknya aksi penyelundupan.
“Temuan kami menunjukkan neraca transaksi berjalan Filipina tidak sekuat seperti pada data yang ada dan peso juga tidak memiliki kapasitas yang cukup kuat untuk menghadapi pergantian sentimen investor seperti yang kami perkirakan,” ucap Diana del Rosario, ekonom Deutsche Bank di Singapura.
Peso menunjukkan pelemahan 9,3% terhadap dollar sepanjang 12 bulan terakhir, masih lebih rendah dibandingkan depresiasi rupee, mata uang India.
India mencatatkan rekor defisit sebanyak US$88 miliar pada tahun fiskal hingga Maret 2013 sedangkan Filipina justru meraih surplus US$9,4 miliar tahun lalu.