Bisnis.com, FRANKFURT/WASHINGTON – Nasib Malaysia Airlines MH370 yang tak jelas mendorong munculnya pembicaraan tentang perlunya teknologi satelit yang di masa depan akan memudahkan otoritas penerbangan menjejaki atau berkomunikasi dengan pesawat saat berada di atas perairan maupun di wilayah tak berpenghuni.
Sebuah sistem baru tengah dikembangkan oleh tim dari Eropa dan Amerika Utara untuk memungkinkan pencarian lokasi dan jalur penerbangan secara lebih akurat.
Perangkat terbaru ini akan menggunakan sensor berbasis satelit daripada radar. Hal itu diperlukan untuk menangkap sinyal berisi lokasi dan kecepatan pengiriman data setiap detik dari pesawat.
Saat ini, informasi keberadaan sebuah pesawat bisa ditangkap oleh radar yang berbasis di daratan namun tidak bisa mendeteksi saat pesawat berada di atas lautan atau wilayah pelosok. Bisa saja hal itu dikombinasikan dengan peranti komunikasi satelit yang ada di dalam pesawat. Namun, hal itu masih memerlukan aksi pilot dan pihak maskapai, yang terbatas aturan anggaran, harus mengeluarkan biaya tersendiri. Ongkos satelit komunikasi ini tergolong mahal.
Sementara, ketika sinyal yang otomatis melaporkan lokasi pesawat masih bisa dimatikan, seperti yang terjadi pada MH370, sensor satelit baru masih bisa membantu usaha pencarian dan penyelamatan juga membantu maskapai menghemat bahan bakar.
Aireon LLC, perusahaan patungan antara operator satelit AS Iridiun, badan layanan navigasi udara Kanada dan tiga otoritas pengawas lalu lintas udara Eropa, menyatakan akan menyiapkan sistem pengamatan lalu lintas udara global itu mulai 2018.
Pusat Kedirgantaraan Jerman, DLR, juga dilaporkan sedang mengerjakan sebuah proyek bersama perusahaan satelit yang berbasis di Luksemburg SES dan grup Thales Alenia Jerman yang menguasai elektronik penerbangan ruang angkasa. Thales Alenia adalah perusahaan patungan antara Thales dan Finmeccanica.
Tony Tyler, CEO dan Direktur Jenderal Asosiasi Penerbangan Sipil Internasional IATA menyatakan bahwa pencarian MH370 akan mendorong munculnya upaya untuk mencari solusi baru.
Saat ini, hanya 10 persen dari daratan bumi yang memiliki infrastruktur radar. Hal itu menyebabkan kesenjarangan yang sangat besar atas deteksi pada sejumlah wilayah seperti Australia, wilayah gurun dan lautan.