Bisnis.com, BANDUNG — Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat memperkirakan pertumbuhan industri kecil dan menengah, IKM, sepanjang 2014 mengalami penurunan sekitar 10%-15%.
Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja mengatakan penurunan pertumbuhan IKM dipicu akumulasi beban sepanjang 2013, sehingga mengerek biaya produksi semakin tinggi.
"Permintaan atribut kampanye pada IKM tekstil dan produk tektil (TPT) misalnya, jauh lebih rendah dibandingkan lima tahun lalu saat Pemilu 2009," kata Dedy kepada Bisnis, Kamis (6/3/2014).
Rendahnya permintaan atribut kampanye dipicu oleh daya beli masyarakat yang menurun serta minimnya kemampuan modal pelaku usaha.
Kondisi ini salah satunya diakibatkan pelaku IKM sulit mengakses kredit ke perbankan akibat bunga kredit yang tinggi, dipicu kenaikan BI rate sebesar 7,5%.
“BI rate yang tinggi mengakibatkan peredaran uang di kalangan IKM rendah karena mereka sulit mengakses kredit, sehingga diprediksi pertumbuhan sepanjang 2014 akan turun hingga 15%,” kata Dedy.
Faktor lain yang membuat pertumbuhan IKM menurun yakni rencana penaikan tarif listrik bagi industri kakap mulai 1 Mei mendatang.
Hal itu dinilai akan terdampak pada sektor hilir, terutama IKM.
Menurutnya, industri kakap selama ini banyak yang memproduksi bahan baku, sehingga jika listrik naik maka biaya produksi di sektor hulu tinggi.
“Hal ini secara otomatis terdampak pula pada sektor hilir yang menggunakan bahan baku yang dibuat sektor hulu. Mau tidak mau IKM pun akan mengalami goncangan biaya produksi yang kian tinggi,” ujar Dedy.
Untuk mengatasi penurunan pertumbuhan IKM, ujarnya, pemerintah harus memberi insentif secara berkala atau menurunkan kembali BI rate.
“Pilihannya ada dua yakni pemerintah menggulirkan insentif atau menurunkan BI rate secepatnya,” ujar Dedy melontarkan opsi.
Berdasar data Badan Pusat Statistik Jabar, pertumbuhan produksi IKM pada triwulan III/2013 di Jabar turun sebesar 7,29% dibandingkan triwulan II 2013.
Ada 15 dari 22 jenis industri yang mengalami pertumbuhan negatif.
Tiga jenis industri yang paling besar menyumbang penurunan produktivitas yakni industri tekstil, alat angkutan, dan pakaian jadi.
Produksi TPT turun 10,27%, disusul industri alat angkutan yang turun 11,71%, dan industri pakaian jadi 14,65%.