Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

41,04% Ekspor Ikan Bali Diserap Jepang

Pasar Jepang menyerap 41,04% ekspor ikan dan udang asal Bali, dari total devisa yang diraup sebesar US$114,80 juta selama 2013.
Pasar lelang ikan
Pasar lelang ikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar Jepang menyerap 41,04%  ekspor ikan dan udang asal Bali, dari total devisa yang diraup sebesar US$114,80 juta  selama 2013.

"Komoditas perikanan yang menembus pasaran Negeri Sakura itu berupa ikan tuna beku, ikan tuna segar, udang dan ikan hias hidup," kata Kepala Biro Humas Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan aneka jenis hasil perikanan dan kelautan sisanya diserap pasaran Amerika Serikat sebesar 15,90 persen, menyusul Singapura 2,48% dan Australia 8,93%.

Selain itu juga diserap oleh Inggris 0,56%, Hong Kong 4,80%, Italia 0,33%, Spanyol 1,44%, Belanda 1,13% dan Prancis 0,56%.

Sedangkan sisanya 22,82% diserap oleh berbagai negara di belahan dunia, karena matadagangan hasil perikanan Bali mampu bersaing.

Ketut Teneng menjelaskan, sektor perikanan dan kelautan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 23,62% dari total nilai ekspor Bali keseluruhan yang mencapai US$486,06 juta.

Sebanyak delapan jenis komoditas hasil perikanan dan kelautan berhasil menembus pasaran luar negeri, antara lain ikan tuna dalam bentuk segar dan beku menyumbangkan devisa paling besar.

Hasil tangkapan nelayan dan kapal-kapal besar yang dioperasikan sejumlah perusahaan yang bermangkal di Pelabuhan Benoa itu menyumbangkan devisa sebesar US$16,80 juta  dari pengapalan 16,337,5 ton.

Ketut Teneng menambahkan, nilai ekspor tersebut berkurang 7,75% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$83,25 juta  hasil pengapalan ikan tuna sebanyak 14.254,33 ton.

Menyusul ikan kerapu memberikan andil sebesar US$10,84 juta , ikan hias hidup US$3,407 juta, ikan kakap US$6,64 juta kepiting US$101.631, dan ikan lainnya US$16,56 juta.

Selain itu juga lobster US$1,47 juta, sirip ikan hiu US$150.906. Dua jenis matadagangan hasil perikanan lainnya yang meliputi rumput laut dan ikan nener tidak lagi mampu menghasilkan devisa, tutur Ketut Teneng. (Antara)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper