Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Kata SBY soal Capres 2014?

Untuk menghadirkan capres yang benar-benar kapabel, tentu harus melewati sebuah mekanisme politik yang juga berkualitas dan demokratis.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/JIBI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014 tinggal hitungan bulan. Partai politik yang belum mengumumkan nama capres-nya, tidak berarti partai tersebut tak punya ‘jago’, tapi bisa juga lebih dikarenakan prinsip untuk mendapatkan capres yang benar-benar berkualitas dan memiliki kapabilitas tinggi.

Untuk menghadirkan capres yang benar-benar kapabel, tentu harus melewati sebuah mekanisme politik yang juga berkualitas dan demokratis.

Mekanisme itu bisa berupa konvensi atau cara lainnya. Karena seorang pemimpin, apalagi pemimpin nasional, haruslah figur yang benar-benar mumpuni dan memiliki kapasitas dan integritas yang tinggi dan tidak sekadar populer.

Maka tak heran kalau belakangan ini juga kerap muncul pertanyaan mana yang lebih penting capres kapabel atau yang populer ?

Ihwal capres yang kapabel dan populer ini, diulas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bukunya  Selalu Ada Pilihan.

Dalam buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas itu, SBY  mengemukakan bahwa jika pertanyaan tersebut diajukan kepadanya, maka beliau punya jawaban yang tegas: Kalau ingin sukses menjadi pemimpin, ya harus memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik.

Dia akan mampu menjadi pemimpin. Tetapi, kalau untuk menjadi pemimpin itu harus melalui pemilihan, maka yang bersangkutan juga harus memiliki popularitas  dan akseptabilitas yang tinggi.

"Artinya, dia haruslah seorang tokoh yang disukai rakyat. Begitu, kan?” tulis SBY di halaman 468 buku SAP sebagaimana disarikan situs Setkab, Minggu (2/3/2014).

Namun demikian, memang, jika dikaitkan dengan pemilihan pemimpin politik semisal pilpres atau pemilihan kepala daerah (pilkada), situasinya menjadi sering sangat dilematis.

Ada calon yang sangat populer, tapi dianggap kurang kemampuannya. Atau sebaliknya, ada yang memiliki kapabilitas tapi kurang disukai oleh rakyat.

SBY punya cerita menarik di pertengahan tahun 2012 lalu, saat masyarakat mulai membicarakan siapa calon yang tepat untuk menggantikannya sebagai Presiden RI di Pilpres tahun 2014 ?

Beberapa survei berhasil menginventarisir nama pengganti SBY dalam jumlah yang cukup banyak dan beragam, tergantung dari lembaga survey-nya. Meski ada juga nama yang selalu teratas dalam semua survei.

Kemudian, SBY meminta bantuan rekannya yang dikenal sebagai analis politik yang juga paham tentang survei untuk melakukan survei terhadap sedikitnya 20 nama tokoh yang dikenal publik memiliki ambisi untuk menjadi capres. Ke-20 an nama itu pun di lempar ke para opinion leaders dan masyarakat luas. Apa yang terjadi?

Ternyata peringkat yang dihasilkan dari pandangan pengamat dan opinion leaders berbeda dengan apa yang dilihat oleh masyarakat luas. “Hal ini menarik. ‘Oke’ di mata pengamat, ternyata belum tentu ‘oke’ di mata rakyat. Sementara kita tahu bahwa yang memilih adalah rakyat.”.

Karena itulah, di bagian lain buku ini, SBY mengingatkan jika ada tokoh yang digadang-gadang sebagai capres dan sangat populer saat ini tapi kapabilitasnya belum mencukupi untuk menjadi pemimpin di 2014, maka harus ada sesuatu yang dilakukan baik oleh tokoh itu sendiri maupun pihak yang mengusungnya.

“Jadi kalau hampir semua orang mengatakan bahwa kemungkinan terpilihnya lebih dari 90 persen, maka lebih baik dipersiapkan saja. Isi dan tingkatkan wawasan dan kemampuannya,” tulis SBY.

Mempersiapkan kapabilitas dan kesiapan seseorang untuk menjadi presiden tidak sama dengan melakukan pencitraan habis-habisan. Kalau tujuannya agar seseorang kandidat menang, memang jalan terbaik yang bisa ditempuh adalah pencitraan yang masif, sistematis, dan cerdas.

“Tapi kalau tujuannya setelah sang kandidat terpilih menjadi presiden dan yang bersangkutan diharapkan mampu serta sukses menjalankan tugas-tugasnya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, maka isilah dan tingkatkan kemampuannya. Bukan sekadar pencitraan. Kemampuan seorang presiden tidak boleh artifisial,” tegasnya.

SBY berharap, semoga presiden yang akan menggantikannya kelak adalah figur yang memiliki kapabilitas dan sekaligus juga disukai oleh rakyat. Dan, yang paling penting, Sang Pemimpin Baru tersebut juga siap untuk bekerja keras guna memajukan kehidupan bangsa dan negara ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper