Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Dituntut Kreatif Siasati Ekonomi Loyo

Pengembang properti mengaku bergantung pada kreatifitas pribadi dalam menghadapi tahun ini seiring dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan mengerem laju pertumbuhan ekonomi di sektor itu.

Bisnis.com, BALIKPAPAN--Pengembang properti mengaku bergantung pada kreatifitas pribadi dalam menghadapi tahun ini seiring dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan mengerem laju pertumbuhan ekonomi di sektor itu.
 
Ketua Komisariat REI Kota Balikpapan Andi Sangkuru mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang masih dipertahankan sebesar 7,5% menyebabkan perbankan masih menahan bunga kredit di posisi yang cukup tinggi.

Akibatnya, calon konsumen yang akan membeli rumah pun perlu persiapan dini agar mampu menyesuaikan dengan angsuran yang harus dibayar setiap bulan.
 
“Jadi, tergantung pintar-pintarnya kreatifitas pengembang agar rumahnya tetap bisa laku terjual,” ujarnya, Kamis (27/2/2014).
 
Pengembang bisa membantu calon konsumen yang ingin membeli rumah misalnya dengan memberi pinjaman untuk uang muka kepada bank.

Nantinya, pinjaman uang muka tersebut bisa dibayarkan kepada pengembang menggunakan skema angsuran sehingga konsumen menjadi lebih ringan dalam membayar.
 
Selain itu, beragam pameran properti juga digelar dengan menampilkan proyek-proyek baru yang digarap pengembang.

Konsep baru di perumahan juga bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk mengundang minat calon konsumen datang.
 
Selain harus menghadapi tantangan dari bunga perbankan, komponen produksi untuk membangun perumahan juga menjadi salah satu tantangan bagi pengembang.

Akibatnya, kata Andi, selalu ada penyesuaian harga rumah hingga mencapai 20% per tahun.

Penyesuaian harga tersebut dilakukan tiap tiga bulan sekali dan kemungkinan akan terus berlangsung.
 
“Penyesuaian harga itu menyesuaikan dengan harga material produksi untuk membangun rumah. Kalau naik ya akan disesuaikan,” katanya.
 
Sementara itu, perbankan mengaku tidak bisa menurunkan bunga kredit karena adanya rencana Bank Indonesia untuk membatasi laju pertumbuhan kredit tahun ini hanya berkisar antara 15% - 17%.

Branch Manager PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Balikpapan Hendra Gunawan Wiradimaja mengatakan tingginya bunga pembiayaan itu terjadi akibat besarnya biaya yang harus dikeluarkan perbankan dalam menghimpun dana nasabah.
 
Menurutnya, persaingan antar perbankan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK) cukup ketat. Melalui pemberian imbal hasil yang menarik ataupun melalui program hadiah menyebabkan adanya biaya yang harus ditanggung oleh perbankan.

“Akibatnya, suku bunga kredit yang harus menutupinya sehingga tetap tinggi,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper