Bisnis.com, LANGKAT, SUMUT -Meski sudah diperbolehkan meninggalkan lokasi pengungsian, sejumlah pengungsi erupsi Gunung Sinabung malah tak mau pulang.
Sebanyak 165 pengungsi korban letusan Gunung Sinabung dari tiga desa di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo yang berada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, enggan pulang ke rumahnya masing-masing.
"Hingga kini para pengungsi itu masih enggan pulang ke kampung halaman masing-masing," kata Kepala Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat, Suranta Sitepu, di Sei Bingei, Selasa (25/2/2014).
Suranta yang juga koordinator posko pengungsian warga korban erupsi Gunung Sinabung di penampungan daerah Langkat, mengakui bahwa warga dari tiga desa tersebut sejauh ini enggan untuk pulang.
Warga yang enggan untuk pulang itu berasal dari Desa Kebayaken, Kutambelin dan Desa Batu Karang.
Hal ini dikarenakan pengungsi dari desa lainnya seperti Kuta Rakyat, Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang belum diperbolehkan pulang.
Sebab satu-satunya akses jalan menuju ketiga desa yang warganya direkomendasikan pulang dari pengungsian itu masih rusak dan terputus.
Mereka harus melalui Desa Kuta Rakyat.
Rekomendasi untuk warga tiga desa yang diperbolehkan pulang ini karena kondisi Gunung Sinabung mulai normal dan jarak desa mereka diperkirakan sudah aman dari dampak erupsi.
Sedangkan warga tiga desa lainnya yang belum diperbolehkan pulang itu yaitu warga Desa Kuta Rakyat, Kuta Gugung dan Sigarang Garang, ujarnya.
Lokasi tiga desa ini masih termasuk dalam zona merah Sinabung, sehingga mereka belum diperbolehkan pulang.
Secara terpisah salah seorang pengungsi bermarga Barus mengungkapkan bahwa mereka baru akan pulang ke desanya jika pengungsi Desa Kuta Rakyat, Kuta Gugung dan Sigarang-garang sudah diperbolehkan pulang.
"Kami akan pulang kembali ke kampung halaman secara bersama-sama," kata Barus.
Sementara itu berdasarkan data posko pengungsian, jumlah warga yang sudah direkomendasikan untuk pulang 165 jiwa, sementara saat ini jumlah warga Karo yang mengungsi di Langkat keseluruhannya mencapai 725 jiwa.