Bisnis.com, JAKARTA – Menindaklanjuti kesepakatan bersama yang sudah ditandatangani, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia mengucurkan dana penyelamatan satwa liar.
Untuk melindungi sekaligus mendorong pembiakan badak Jawa dan Sumatra, Kedutaan AS mengucurkan dana sebesar US$750.000 kepada Yayasan Badak Indonesia, Yabi.
Langkah Kedubes AS itumerupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang telah diteken Menlu AS John Kerry mengenai pencegahan perdagangan satwa liar.
Dubes AS Robert Blake menuturkan, kedua jenis badak yang hanya ada di Indonesia tersebut saat ini terancam punah dan populasinya diprediksi tinggal 50 ekor dan 100 ekor.
"Beberapa waktu lalu Presiden Obama telah menandatangani strategi nasional dalam perlindungan dan memerangi perdagangan satwa liar," ujar Blake, Rabu (19/2/2014) malam.
Blake memaparkan, pemerintahnya sedang bekerja sama dengan 50 negara, salah satunya dengan Indonesia, dalam soal ini.
AS, tambahnya, ingin membantu memberantas perdagangan satwa liar seperti badak di Indonesia.
Meski begitu, pihaknya mengerti masih banyak sekali langkah yang dibutuhkan untuk masalah ini.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menjelaskan, kementerian mengapresiasi dukungan pemerintah AS dalam soal ini.
Nantinya, kata Zulkifli, Indonesia juga akan menjalin kerja sama sejenis dengan banyak negara, seperti Thailand, Burma, Nepal, Malaysia, China dan Inggris.
Kerja sama itu, tuturnya, berupa sharing ilmu untuk mengembangbiakkan badak.
Dia mencontohkan, untuk pertama kalinya Indonesia setelah 140 tahun berhasil melakukan breeding conservation badak di Lampung.
Zulkifli menjelaskan, dalam menangani masalah ini, tidak bisa lagi menggunakan pendekatan keamanan seperti dulu, namun lebih dibutuhkan pendekatan kesejahteraan, meski hal ini lebih lama.
"Kalau secara aturan kita ini kuat sekali. Jelas ada pidana. Tapi hukuman itu tidak memberi efek jera, yang penting itu kesadaran dulu," ujarnya.
Di sisi lain, Zulkifli menggambarkan, Indonesia sangat dirugikan oleh perdagangan satwa liar, seperti lebih dari 300 trenggiling, kura-kura moncong babi dan rangkong yang berkali-kali diselundupkan.
Oleh sebab itu, jelasnya, kerja sama ini sangat penting bagi kedua pihak karena bisa mencegah penyelundup menjual satwa liar di negara yang dimaksud, seperti AS.
Selain itu, tambahnya, Indonesia juga punya pengalaman bagus bekerja sama dengan AS, yaitu soal sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), dimana produsen yang tidak memiliki SVLK akan ditolak masuk di pasar AS.