Bisnis.com, JAKARTA - Pengunduran diri Gita Wirjawan sebagai Menteri Perdagangan ditanggapi beragam oleh tokoh publik.
Ada yang mengapresiasi karena bentuk tanggung jawab karena tidak ingin mencampuradukkan posisi jabatan negara dengan kegiatan politik, namun ada juga yang menyayangkan sikap tersebut.
"Seyogyanya para pemangku amanat atau pejabat itu menyelesaikan dulu amanat atau jabatannya, baru berpikir lain untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Pengunduran diri Gita di ujung masa pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II disayangkan oleh Din.
Menurut dia, selain keluar dari kabinet sebelum waktunya, pengunduran diri Gita juga menyisakan masalah di antaranya kasus impor beras Vietnam serta defisit neraca perdagangan.
"Masa jabatannya kan belum selesai, apalagi menyisakan pekerjaan. Ini memang berkesan kurang baik," ujarnya.
Din berpendapat, jika memang sejak awal Gita berkeinginan untuk mencalonkan diri sebagai presiden, seharusnya ia tidak menjabat sebagai menteri kalau kemudian berhenti di tengah jalan.
Menurutnya, hal yang demikian adalah politisasi jabatan karena ada kesan bahwa seseorang memanfaatkan jabatan untuk bisa ke jabatan yang lebih tinggi.
"Ini tidak berlaku hanya untuk Mendag, untuk siapa saja, semua menteri, pejabat yang mau maju. Idealnya mundur, tapi kalau masa jabatannya singkat harusnya jangan mau sebelumnya (diangkat jadi menteri)," ujarnya.
Di sisi lain, Din juga mengapresiasi pengunduran diri Gita. Ia memahami keputusan Gita adalah bentuk optimisme bahwa yang bersangkutan akan menang dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat.
"Saya kaget, tapi mengapresiasi beliau yang sekarang sedang mengikuti konvensi Partai Demokrat. Mungkin karena optimis akan menang, jadi saya kira itu yang terbaik," katanya.
Din menilai dengan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri, Gita memang bisa lebih berkonsentrasi dalam pencalonannya sekaligus menghindari konflik kepentingan (conflict of interest).(antara/yus)