Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perayaan Natal di Gereja 'Portugis' Tugu yang Penuh Sejarah

Lonceng berdentang tanda kebaktian di GPIB Tugu akan segera dimulai.
Misa Natal di Katedral/Antara
Misa Natal di Katedral/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Lonceng berdentang tanda kebaktian di GPIB Tugu akan segera dimulai.

Nampak, 8 orang majelis memakai jas berwarna cokelat dan seorang pendeta berpakaian putih dengan selendang menggantung di lehernya, berdiri di hadapan tangga berwarna merah hati.

Kesembilan orang itu kemudian menaiki tangga. Jemaat sudah memenuhi bagian dalam gereja hingga ke lapangan yang telah diatapi tenda.

Nyanyian puja-puji terhadap Yesus Kristus mulai berdengung dengan khusyuk.

Nyanyian itu barangkali sudah setua gereja ini sendiri, yang didirikan untuk serdadu Portugis pada 1678. Kurang lebih 16 tahun sebelumnya, serdadu Portugis masih beribadat lumayan jauh di selatan, yang sekarang menjadi Gereja Sion.

Baru pada tahun itu, seorang pendeta bernama Melchior Ley Decker mendirikan sebuah gereja, yang juga digunakan untuk sekolah, untuk melayani 800 jiwa.

Orang-orang Potugis yang mendapat istri di Hindia-Belanda, kebanyakan warga China dan Jawa, itulah disebut sebagai Orang Tugu. Orang-orang Tugu, dalam bahasa Portugis disebut sebagai mesteizen, yang berarti 'campuran'.

Dan kampung mereka, dinamakan Kampung Tugu.

Saking tuanya, GPIB Tugu mungkin adalah salah satu cermin dari cerita-cerita lama tentang kolonialisasi dan perubahan rezim penjajahan.

"Tentu ada perubahan, dulu Gereja Portugis, pasti jemaatnya Katolik. Waktu Belanda, baru berganti Protestan," kata Pendeta Manuel Raintung, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) DKI Jakarta.

Bangunan Gereja Tugu telah beberapa kali dipugar. Lonceng kecil di depan rumah sebelah gereja bahkan pernah dicuri, lalu ditemukan kembali.

Sehingga, ada pengumuman yang selalu diulang-ulang oleh pengurus gereja.

"Gereja yang kita lihat sekarang ini bukan bangunan yang pertama kali dibangun," kata Franky Abraham, Ketua Komisi Gereja-Masyarakat GPIB Tugu.

Gereja Tugu, seperti tertulis di plakat yang ada di lingkingan gereja, beberapa kali luluh-lantak karena perang dan pemberontakan.

Pada 1738, karena perang dan termakan usia, bangunan pertama menjadi ringkih dan digantikan oleh bangunan yang kedua. Beberapa bagian dipugar.

Sebelumnya, pada 1700, orang-orang Tugu pernah terkena wabah influenza yang memakan korban dalam jumlah cukup besar.

Tak lama setelah dipugar, pemberontakan China pada 1740 kembali membuat bangunan ini hancur dan jemaat tidak dapat melakukan ibadah.

Namun, empat tahun kemudian, Yustinus Vink, seorang kaya raya di Cilincing, membangun kembali gereja ini.

Pasca pembangunan yang dilakukan oleh Vink, Gereja Tugu tidak hanya dipakai untuk beribadah, namun juga untuk berkumpul dan melakukan musyawarah.

Di pembangunan yang kedua itu pula, Vink juga membangun rumah dan taman makam.

"Saya tidak bisa dimakamkan di situ, karena khusus untuk keturunan orang Portugis. Pak Abraham itu yang bisa," kata Raintung.

Abraham berbadan tegap, memakai kemeja rapi, dengan tahi lalat di bawah kelopak mata. Dia sangat antusias bercerita tentang gereja itu.

"Saya sangat bangga dengan gereja ini," katanya. "Orang-orang di sini masih banyak yang melakukan tradisi, seperti saling berkunjung, silaturahmi sebelum beribadah.

Abraham tak mengaku ketika ditanya berapa usianya, dia hanya berkata 'keturunan langsung' atau menyebut serdadu Portugis yang pertama kali beribadah di Gereja Tugu sebagai 'nenek moyang'.

Ditambah lagi, Abraham mengucapkan berkali-kali kalau dia bangga bisa ikut menjaga gereja itu.

"Saya bangga bisa beribadah di gereja warisan nenek moyang saya sendiri yang unik," tuturnya.

Kebanggaan Abraham terhadap Gereja Tugu memang beralasan. Sejak dahulu, gereja ini tak hanya melayani jemaat dalam soal spiritual, namun juga pendidikan.

Abraham mungkin memang mengatakannya dari lubuk hati dengan polos, sebagaimana dia mengungkapkan bagaimana makna Natal itu sendiri bagi dirinya.

"Kita merasa damai dalam usaha-usaha kita, dan kita bergembira. Kita merasakan kedamaian, kasih kristus kepada kita," katanya.

Dulu, persis di dekat gereja ada sebuah sekolah, bernama Sekolah Gereja Tugu, yang berjalan sampai kemerdekaan republik ini tiba.

Di masa awal kemerdekaan, dinamika masyarakat bergulir dan mempengaruhi posisi gereja ini.

Pada 1948, GPIB terbentuk. Gereja Tugu bergabung di dalamnya dan sah menjadi anggota 12 tahun kemudian.

Pada 1959, sekolah gereja dipindahkan oleh pemerintah di luar lingkungan gereja dan berganti nama menjadi Sekolah Dasar Negeri Semper.

Pada 1972, gereja ini ditetapkan oleh walikota sebagai cagar budaya kelas A dan salah satu dari 12 destinasi pesisir Jakarta Utara.

"Grade A berarti cagar budaya ini memiliki gedung asli, benda-benda asli, warga asli yaitu keluarga keturunan Tugu, dan lahan pendukung asli seperti pemakaman untuk orang-orang Tugu," papar Manuel.

Manuel sendiri adalah ketua pelaksana ketika gereja merayakan hari lahirnya ke-265 tahun pada 28 Juli tahun ini.

Ketika merefleksikan berdirinya gereja ini dengan situasi sekarang, Manuel diam sejenak dan matanya menerawang.

Dia memilih untuk menjawab dari segi pelayanan pada jemaat. Karena baginya, di luar 'tugas' kebudayaan, bagaimanapun tugas utama gereja adalah untuk melayani.

"Kami mempunyai pelayanan 9 wilayah di sekitar Tugu dengan radius 4-5 km. Sekarang sudah ada sekita 600 KK yang beribadah kemari," katanya.

Itu pula yang mungkin membuat perayaan Natal tahun ini meriah sekaligus khusyuk di GPIB Tugu. Yaitu tingginya komitmen pengurus untuk para jemaat.

"Di sinilah saya merasa bertemu Tuhan," kata Abraham menutup pembicaraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arys Aditya
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper