Bisnis.com, MEDAN - Pemerintah Indonesia disarankan untuk membalas peringatan kunjungan atau travel warning yang diterbitkan pemerintah Australia pada Kamis (21/11/2013).
Kedutaan Besar Australia di Jakarta menerbitkan travel warning bagi warganya yang hendak ke Indonesia atau tengah berada di Indonesia.
Hal itu menyusul adanya peningkatan aksi protes terkait penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia terhadap sejumlah pejabat di Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Association of the Indonesia Tour & Travel Agencies/ASITA) Asnawi Bahar mengatakan seharusnya pemerintah Indonesia membalas travel warning kepada Australia.
"Justru warga Indonesia yang lebih banyak ke Australia mencapai 1 juta orang setahun," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis malam (21/11/2013).
Menurutnya travel warning yang diterbitkan oleh Australia tidak perlu dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan asal negeri kanguru itu.
Sebagian besar wisatawan asal Australia mengunjungi Bali. Bagi mereka, Bali sudah seperti negara kedua. Hanya sedikit warga Australia yang berkunjung ke wilayah lain di Indonesia.
Bagi wisatawan asal Australia, sambungnya, tidak memperdulikan adanya travel warning dari otoritas pemerintahan mereka.
Travel warning yang diberlakukan Australia saat tragedi bom Bali beberapa tahun silam juga direspon dingin oleh warga Canberra. Selang beberapa waktu kemudian wisatawan Australia kembali ramai mengunjungi Pulau Dewata.
Dia memastikan tidak akan ada penurunan signifikan atas kunjungan wisatawan Australia khususnya ke Bali. Dia justru memprediksi wisatawan Australia akan semakin banyak ke Bali menjelang akhir tahun.
Pertimbangannya selain karena memang waktu libur akhir tahun, nilai tukar dolar Australia juga tengah menguat. Sehingga, berlibur di Bali akan terasa lebih murah bagi wisatawan Australia.
"Coba lihat sebulan ke depan, kasus ini kan situasional saja. Justru perlu dipertimbangkan membuat travel warning ke Australia," jelasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan Wisman asal Australia pada September 2013 mencapai 88.000 orang, turun dari bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 91.400 orang.
Jumlah kedatangan Wisman ke Indonesia sepanjang September 2013 mencapai 770.878 orang, naik 12,8% dibandingkan September 2012 yang jumlahnya 683.584 orang.
Secara komulatif, antara Januari hingga September 2013, jumlah Wisman telah mencapai 6.414.149 orang atau tumbuh 8,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 5.895.288 orang.
Selama Januari-September 2013, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kunjungan Wisman berdasarkan kebangsaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi, adalah Uni Emirat Arab (60,6%), Arab Saudi (37,3%), China (24,6)%, Taiwan (21,7%), dan Mesir (20,5%).