Bisnis.com, JAKARTA - Mantan pemimpin Kuba Fidel Castro telah memuji usulan cerdas dari Rusia untuk memperoleh komitmen Damaskus guna memusnahkan simpanan senjata kimia, karena membantu menurunkan kemungkinan agresi militer AS terhadap Suriah.
Risiko konflik Suriah meledak tampaknya telah hilang, berkat gagasan cerdas Rusia, yang berdiri tegak dalam menghadapi klaim tak biasa Pemerintah AS, tulis Castro di dalam artikelnya dengan judul Kenangan yang Tak Pupus.
Artikel tersebut disiarkan pada Sabtu (14/9/2013) tapi bertanggal 10 September, pada hari yang sama saat Moskow mengumumkan rencananya dalam upaya mencegah memburuknya konflik di Suriah.
Ancaman AS untuk melancarkan serangan yang menghancurkan terhadap pertahanan Suriah dapat merenggut ribuan jiwa rakyat Suriah dan membuka ikatan konflik dengan konsekuensi yang tak bisa diramalkan, kata Castro, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Minggu (15/9/2013) pagi.
Presiden AS Barack Obama mengancam akan melancarkan serangan militer hukuman terhadap Suriah sebagai tanggapan atas dugaan penggunaan senjata kimia 21 Agustus oleh Pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibu Kota Suriah.
Pada Selasa, Rusia mengusulkan agar simpanan senjata kimia Suriah diserahkan kepada pengawasan internasional, saran yang diterima oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Bashar juga mengatakan pemerintahnya akan bergabung dengan Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Setelah Suriah menyetujui usul Rusia, Obama meminta Kongres menunda pemungutan suara untuk memberi waktu agar perundingan antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov "memberi hasil".
Castro mengatakan, "Sumbangan Lavrov mungkin bisa menghindari bencana global --yang sudah membayang di depan mata." Castro, yang memasuki usia 87 tahun pada Agustus, mengatakan rakyat Amerika juga menentang petualangan politik yang akan berdampak bukan hanya pada negara mereka, tapi juga seluruh masyarakatnya.
Pada Agustus, Castro mengatakan serangan terhadap Suriah akan menjadi pemusnahan orang Arab. (Antara)