Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masyarakat Bisa Evaluasi Pengelolaan Hutan Tesso Nillo oleh WWF

  PEKANBARU- Peneliti lingkungan hidup dari Universitas Riau (Unri) menilai, masyarakat seharusnya bisa melakukan evaluasi terhadap keberadaan LSM World Wildlife Fun for Nature (WWF) sebagai mitra pemerintah dalam mengelola hutan di di Taman Nasional

  PEKANBARU- Peneliti lingkungan hidup dari Universitas Riau (Unri) menilai, masyarakat seharusnya bisa melakukan evaluasi terhadap keberadaan LSM World Wildlife Fun for Nature (WWF) sebagai mitra pemerintah dalam mengelola hutan di di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Tengku Ariful Amri, peneliti dari Rona Lingkungan Hidup Unri, Tengku Ariful Amri  mengatakan masyarakat di Riau terutama yang tinggal di sekitar area kawasan hutan Tesso Nilo, bisa melakukan evaluasi dari kinerja lembaga swadaya masyarakat bernama WWF untuk memperbaiki pengelolaan hutan lebih baik.

 “Masyarakat setempat bisa dimintai masukan sebagai bahan evaluasi,” ujarnya, hari ini.

Taman Nasional Tesso Nilo saat ini  berada dalam kewenangan Kementerian Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi alam dan di lapangan berada di Balai Taman Nasional bersama WWF. Lembaga swadaya internasional itu digandeng pemerintah untuk menjaga dan mengelola hutan tersebut.

Amri mengatakan meski kehadiran WWF di kawasan TNTN dalam konteks mendukung Kementerian Kehutanan sebagai upaya melindungî keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, namun bukan berarti kehadirannya tidak bisa dikaji.

Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, setidaknya 46.960 hektare hutan yang kaya dengan karbon dan habitat bagi satwa eksotis seperti gajah dan harimau sumatera di TNTN, Riau sudah hampir musnah.

"WWF mengantongi izin khusus dan melakukan kegiatan secara legal. Walaupun legal, sebaiknya keberadaan organisasi tersebut perlu diketahui masyarakat luas. Dari situ, secara tersirat akan memperlihatkan kinerja WWF itu sendiri," katanya.

Pemerintah pusat terutama Kementerian Kehutanan perlu berkoordinasi dengan melibatkan pemerintah daerah, baik di tingkat kabupaten/kota serta Provinsi Riau agar kerusakan yang terjadi tidak bertambah parah.

"Karena ini taman nasional artinya menyeluruh secara komperhensif melibatkan pusat dan daerah, maka perlu dilakukan koordinasi, sosialisasi dan perencanaan untuk ke depan. Kerusakan yang terjadi di TNTN tidak lebih parah lagi," ujarnya.

WWF masuk TNTN sejak tahun 2004 dan mengelola secara kolaboratif dengan Kementerian Kehutanan. Akhir tahun 2012, hutan di TNTN hanya tersisa 28.375 hektare akibat pemalakan liar dan pembukaan lahan sawit baru.  
    
Taman Nasional Teso Nilo yang dikelola secara secara kolaboratif dengan WWF saat ini memang mengalami deforestasi berat. Berdasarkan analisis citra landsat dalam kurun 9 tahun terakhir, setidaknya 70% hutan kaya karbon dan rumah bagi satwa eksotis, gajah dan harimau sumatera di sana telah musnah.

Awalnya luas TNTN hanya 38.576 hektare berdasarkan surat keputusan menhut No.255/Menhut-II/2004. Lewat inisiatif WWF, TNTN kemudian diperluas menjadi 83.068 hektare dengan memasukan areal hutan produksi terbatas yang berada di sisinya, berdasarkan SK No.663/Menhut-II/2009. TNTN kemudian dikelola secara kolaboratif bersama WWF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Others

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper