Bisnis.com, JAKARTA—Upaya diplomatik untuk memastikan senjata kimia Suriah berada di bawah pengawasan PBB terus diintensifkan.
Hal itu terus dilakukan di tengah dugaan kuat angkatan bersenjata Suriah yang bertanggung jawab atas dua pembantaian massal selama Mei yang menewaskan sedikitnya 450 orang.
Upaya diplomatik itu terlihat setelah Menlu AS John Kerry menelpon Menlu Rusia Sergei Lavrov sehari sebelum mereka bertemu di Jenewa untuk menyepakati strategi penghapusan senjata kimia di Suriah.
Di New York, para utusan Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Inggris, China, Prancis dan Rusia,akan membahas proposal Rusia terkait penyerahan senjata kimia Suriah.
Sementara itu, para diplomat AS, Inggris dan Prancis melakukan pertemuan pendahuluan sebelum bertemu denganm mitranya dari Rusia dan China.
Prancis menyarankan dikeluarkannya ultimatum kepada presiden suriah, Bashar al-Assaad untuk menyerahkan senjata kimianya kalau tidak ingin mendapat hukuman. Namun usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Rusia.
"Saya kira kami akan segera mencapai kesepakatan,” ujar seorang diplomat yang tidak mau disebutkan namanya sebagaimana dikutip Reuters, (12/9/2013).
Presiden Barack Obama mengatakan dalam pidatonya pada Selasa lalu bahwa dia telah meminta Kongres untuk menunda pemungutan suara untuk memutuskan serangtan ke Suriah sementara upaya diplomatik terus dilakukan.