Bisnis.com, JAKARTA— Meski mengapresiasi pidato kenegaraan Presiden SBY terkait soal imbauan untuk menghentikan kekerasan di Mesir, namun Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai yang disampaikan tersebut masih bersifat abstrak.
Menurutnya, ide win-win solution yang disampaikan Presiden dalam persoalan ini masih abstrak dan tidak ada yang istimewa. Bahkan, ujarnya, bisa ditafsirkan semacam pengakuan atas rezim militer yang mengambil alih paksa kekuasaan dari rezim sipil hasil pemilu demokratis.
Dia menilai perlu langkah-langkah bilateral yang lebih kuat dilakukan Indonesia terhadap Suriah dan Mesir.
Salah satu inti transisi demokratisasi, ujar Mahfudz, adalah peralihan kekuasaan dari rezim militer ke sipil. Padahal, yang terjadi di Mesir adalah kembalinya rezim militer melalui kudeta.
"Ini yang seharusnya ditegaskan oleh Indonesia," kata Mahfudz di Kompleks Parlemen, Jumat (16/8/2013) .
Dalam pidatonya dalam sidang bersama DPR dan DPD di Gedung Parlemen, Jumat (16/8), Presiden SBY mengatakan, sebagai negara yang memiliki hubungan persaudaraan dan sejarah dengan Mesir, Indonesia berharap kondisi di Mesir tidak memburuk. SBY berharap semua pihak di Mesir; pemerintah, militer, dan persaudaraan muslim, dapat menghentikan pertumpahan darah yang lebih jauh.
"Pandangan saya, penggunaan kekerasan, atau lebih buruk lagi, senjata militer yang berlebihan adalah bertolak belakang dengan nilai demokrasi dan hak asasi manusia. Saya menyerukan pada semua pihak untuk mencari solusi terbaik dalam spirit kompromi dan win-win approach," kata SBY.