Bisnis.com, KAIRO - Bentrokan berdarah kembali mengancam Mesir setelah pemerintahan sementara hasil kudeta militer mengumumkan rencana untuk segera membubarkan paksa unjuk rasa yang digelar oleh pendukung Presiden Muhammad Moursi.
Ribuan simpatisan Moursi dan Ikhwanul Muslimin selama hampir satu bulan telah mengadakan unjuk rasa dengan berkemah di dua lokasi berbeda sekitar ibu kota Kairo. Mereka bersumpah akan tetap bertahan sampai Moursi dikembalikan ke kursi kepresidenan.
Pemerintah sementara Mesir mengatakan bahwa dua demonstrasi itu telah mengancam keamanan nasional dan mengganggu lalu lintas jalan umum, bahkan sempat menyebut 'terorisme'.
Mesir menginstruksikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk "mengatasi bahaya tersebut dan mengakhirinya." Namun instruksi itu tidak merinci tenggat waktunya.
Kebijakan Mesir itu dinilai dapat membawa Mesir pada peristiwa berdarah yang baru. Sebelumnya, pasukan militer menembak mati 80 anggota Ikhwanul Muslimin pada Sabtu lalu.
Tindakan itu kemudian memicu kekhawatiran global bahwa militer Mesir berencana membubarkan Ikhwanul Muslimin, yang pada masa Husni Mubarok juga harus bergerak di bawah tanah.
Lebih jauh lagi, pengumuman rencana pembubaran demonstrasi yang baru juga dinilai dapat membahayakan usaha Uni Eropa yang sedang menegosiasikan penyelesaian damai.
Utusan Uni Eropa Bernadino Leon satu hari yang lalu berada di Kairo untuk mempercepat usaha mediasi. Selain itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, dijadwalkan terbang ke Mesir untuk membantu negosiasi pada Kamis ini (1/8/2013).
Sementara itu pemerintah sementara Mesir mengatakan bahwa ribuan simpatisan Moursi yang sedang berkemah mempunyai senapan. Namun tuduhan itu dibantah oleh demonstran yang mengatakan bahwa pihak militer hanya mencari alasan untuk membenarkan upaya pembubaran paksa.
"Mereka mencoba hal itu dua kali dan mereka gagal. Mereka juga telah membunuh 200 simpatisan. Apakah hal itu akan dilakukan lagi?" kata juru bicara demonstran Gehad El-Haddad seperti dikutip Reuters.
Koalisi unjuk rasa Ikhwanul Muslimin juga menyerukan "demonstrasi jutaan orang" pada Jumat (2/8/2013).
Haddad mengatakan bahwa utusan Uni Eropa Leon telah mengunjungi perkemahan utama, di depan gedung Rabaa al-Adawiya, pada Rabu.
"Kudeta militer ini tidak dapat diterima oleh sebagian besar lapisan masyarakat. Saya pikir Leon telah mengerti pesan tersebut," kata Haddad.
Hampir 200 orang telah terbunuh sejak militer menggulingkan Moursi. Hal itu memicu kehawatiran Barat mengenai kemungkinan konflik yang lebih luas di Mesir. Negara tersebut selama ini berperan penting dalam stabilitas Timur Tengah karena kebijakan netralnya di Terusan Suez dan tidak bermusuhan dengan Israel.
(antara/reuters/yus)
Krisis Mesir: Unjuk Rasa Pendukung Moursi akan Dibubarkan Paksa
Bisnis.com, KAIRO - Bentrokan berdarah kembali mengancam Mesir setelah pemerintahan sementara hasil kudeta militer mengumumkan rencana untuk segera membubarkan paksa unjuk rasa yang digelar oleh pendukung Presiden Muhammad Moursi.Ribuan simpatisan Moursi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium