Bisnis.com, MAKASSAR--Pada Februari lalu otoritas finansial di Jepang dikabarkan membuat peringatan kepada warganya terkait dengan aksi tipu-tipu fund manager gadungan.
Uniknya, penipuan oleh sekelompok oknum tersebut dilakukan dengan memanfaatkan wartawan Indonesia. Bagaimana bisa?
Richard Susilo lewat bukunya Yakuza Indonesia yang terbit Juni 2013 menceritakan modus penipuan yang mirip-mirip dengan kasus investasi bodong itu. Peringatan oleh otoritas Jepang itu sendiri terutama ditujukan kepada para lanjut usia (lansia).
"Penipuan dilakukan dengan cara pengumpulan dana. Oknum menjadi semacam fund manager, mengumpulkan dana dari banyak orang Jepang, lalu diinvestasikan ke Indonasia," tulis pria yang pernah jadi wartawan di Jepang selama lebih dari 20 tahun.
Menurutnya, Indonesia dipilih lantaran sedang naik daun di mata warga Negeri Sakura, terutama dengan angka pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5%.
Para penipu menggunakan berbagai proposal, selebaran menarik, investasi bagus di Indonesia. Richard bercerita bahwa oknum tersebut mencoba menarik perhatian banyak warga Jepang dengan bukti berita dari Indonesia.
"Satu dari banyak cara dengan memakai tangan wartawan Indonesia, memuat beritanya yang sudah ditata rapi segalanya. Memberitahu rencana investasi sana-sini, mempekerjakan sekian banyak orang, melakukan ini itu, dan sebagainya," tulisnya di halaman 270.
Wartawan Indonesia yang haus akan berita dari Jepang biasanya tanpa mengecek siapa narasumbernya yang sebenarnya, langsung memuat sebagai berita.
Berita itu dijadikan bukti penipu untuk menunjukkan bahwa mereka telah benar-benar melakukan investasi di Indonesia, sehingga memudahkan untuk mendekati "korbannya" yang kebanyakan lansia.
"Bukan tidak mungkin fund manager itu pun sebenarnya dekat dengan atau bahkan mungkin juga anggota Yakuza di Jepang," lanjut Richard.
Dia menerangkan bahwa di Indonesia sendiri telah ada pihak yang jadi korban janji-janji oknum penipu tersebut.
Namun, rupanya investasi Yakuza sebagian ternyata tidak bodong. Mereka jor-joran menanamkan modalnya dengan dana yang sumbernya tidak jelas, yang sebagian diduga dari hasil kejahatan.
"Mungkin bagi kalangan pers Indonesia, bisa lebih berhati-hati lagi dengan memuat rencana kerja perusahaan Jepang baru yang tidak kita kenal," saran Richard.