Bisnis.com, JAKARTA--Pergantian rezim pada 2014 dinilai tak memberikan peluang besar terhadap reforma agraria terkait dengan tidak adanya kandidat pemimpin yang mengutamakan persoalan tersebut.
Gunawan Wiradi, peneliti agraria dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan reforma agraria akan menemui banyak tantangan di masa mendatang. Pergantian rezim pada 2014, paparnya, tidak akan banyak mengubah persoalan tersebut.
"Belum ada pemimpin [yang mengutamakan reforma agraria]. Tantangan ke depan lebih besar dibandingkan peluangnya," katanya Rabu, (24/7/2013).
Dia menuturkan peluang reforma agraria dapat terjadi ketika para pemimpin yang menggantikan rezim saat itu benar-benar memiliki keberpihakan terhadap rakyat.
Namun, sambung Gunawan, hal itulah yang belum dilihatnya hingga saat ini.
Di sisi lain, Gunawan menegaskan, banyak para pemimpin di tingkat nasional dan lokal yang tak memahami agenda reforma agraria sendiri.
Selain itu, paparnya, persoalan tumpang-tindih undang-undang pun menjadi persoalan untuk mewujudkan agenda tersebut.
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat total area konflik agraria sepanjang 8 tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencapai 2,399 juta hektar dengan tidak adanya penyelesaian yang komprehensif hingga kini.
Sedikitnya 731.342 kepala keluarga harus menghadapi ketidakadilan berkepanjangan.
Organisasi itu memaparkan sejak menyatakan reformasi agraria pada 2007, upaya tersebut tidak dipenuhi pemerintah hingga kini.
“Persoalan pelik agraria di Indonesia disebabkan tumpang-tindih UU yang berkaitan dengan agraria, pertanahan, hutan, tambang, perkebunan, mineral batubara dan migas,” demikian laporan akhir 2012 oleh organisasi tersebut.
KPA mencatat ketidakberpihakan pemerintah kepada masyarakat yang tengah berkonflik, berupa tindakan intimidasi dan kriminalisasi serta pemilihan cara-cara represif oleh aparat kepolisian dan militer dalam penanganan konflik agraria.
Hal itu mengakibatkan sekitar 941 orang ditahan, 396 luka-luka, 63 di antaranya mengalami luka serius akibat peluru aparat, serta 44 orang meninggal dunia. (ra)