Bisnis.com, JAKARTA—Pemilu masih satu tahun lagi, tapi bursa pencalonan presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) mulai memanas.
Berbagai lembaga survei pun menggelar hasil jajak pendapat untuk mengetahui tingkat keterpilihan (elektabilitas) dan keterkenalan (popularitas) nama-nama calon pemimpin masa depan Indonesia.
Akan tetapi, tidak semua pimpinan parpol ‘siap mental’ menerima hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei independen.
Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi, misalnya, merasa terheran-heran dengan beberapa hasil survei yang menempatkan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) lebih tinggi dibandingkan dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Saya heran kenapa yang keluar nama Jokowi terus? Apa karena survei ini hanya dilakukan di Jakarta atau media massa yang memberitakan kebanyakan di Jakarta?" ujarnya di Jakarta, Rabu (17/7/2013) malam seperti dikutip Antara.
Hasil survei terbaru dari Pusat Data Bersatu (PDB) menyebutkan bahwa capres yang paling potensial dipilih rakyat saat ini adalah Jokowi.
Dari survei yang digelar pada 11-18 Juni 2013, Jokowi meraih elektabilitas paling tinggi yakni 29,57%. Disusul oleh Prabowo Subianto 19,83%, Megawati 13,08%, dan Aburizal Bakrie 11,62%.
“Kenaikan elektabilitas Jokowi paling tinggi dibandingkan dengan calon-calon lainnya dari periode Januari hingga Juni 2013,” papar Ketua PDB Didik J. Rachbini saat merilis survei tersebut, Rabu (17/7/2013)
Hasil survei PDB ini berarti sejalan dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Indonesia Research Centre (IRC). Lembaga survei independen itu, Senin (15/7/2013) lalu merilis hasil jajak pendapat yang menepatkan Jokowi sebagai capres paling diinginkan (32%) dari 794 responden.
Perolehan suara responden untuk mantan walikota Solo tadi mengalahkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (6,1%), Prabowo Subianto dari Partai Gerindra (8,2%), Wiranto dari Partai Hanura (6,8%).
Keheranan Ketua Umum Partai Gerindra atas tingginya elektabilitas Jokowi ada alasannya. Sebab, menurut Suhardi, dari survei kecil-kecilan yang dilakukan tim internal partainya ke daerah-daerah, hampir seluruh responden menjawab dengan yakin bila pemilu dilakukan saat ini, maka Prabowo memperoleh suara terbanyak.
"Saya mendapat jawaban 'Jokowi' itu hanya sekali, dan itu pun ragu-ragu menyebutkan namanya, sementara yang lain dengan yakin menjawab 'Prabowo'," jelasnya.
Partai Gerindra boleh menghibur diri. Sebab ada satu lembaga survei yakni Lembaga Survei Nasional (LSN), yang tidak melibatkan nama Jokowi di dalam survei capres, menempatkan Prabowo di urutan teratas dengan perolehan suara 22,7% dari total 1.230 responden.
Ini artinya, jika Jokowi tidak mengikuti bursa pencapresan pada Pilpres 2014, maka elektabilitas Prabowo bisa paling tinggi.
Dengan kata lain, pendulangan suara Prabowo boleh jadi bergantung pada Jokowi. Tapi harus diingat bahwa pilpres masih satu tahun lagi. Hasil survei yang marak saat ini bukan harga mati, semua masih bisa berubah.
Peringkat Calon Presiden Pilihan Responden Periode Juni 2013 versi Pusat Data Bersatu
Nomor | Nama | Perolehan Suara (%) |
1 | Jokowi | 29,57 |
2 | Prabowo Subianto | 19,83 |
3 | Megawati | 13,08 |
4 | Aburizal Bakrie | 11,62 |
5 | Jusuf Kalla | 5,47 |
6 | Wiranto | 3,59 |
7 | Hatta Rajasa | 1,2 |
8 | Mahfud MD | 1.2 |
9 | Dahlan Iskan | 1,11 |
10 | Chairul Tanjung | 0,43 |
11 | Marzuki Alie | 0,26 |
12 | Joko Suyanto | 0,09 |
13 | Pramono Edhie Wibowo | 0,09 |
14 | Calon lainnya | 1,11 |
15 | Tidak memilih (Golput) | 0,85 |
16 | Belum menentukan | 10,51 |
Sumber: Hasil Survei Pusat Data Bersatu 2013