BISNIS.COM, BANDUNG—Menghadapi penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang akan diberlakukan pekan ini , industri perhotelan di Bandung mengambil ancang-ancang untuk menaikan tarif kamar dan jasa hotel lainnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar Herman Muchtar mengungkapkan para pelaku industri perhotelan dan restoran harus melakukan perhitungan ulang apakah kenaikan BBM ini akan berimbas besar pada tarif atau tidak.
“Keputusan kembali pada masing-masing hotel. Di satu sisi, kenaikan ini akan berdampak pada biaya-biaya operasional yang dikeluarkan hotel. Akan tetapi, di sisi lain, saat harga tarif kamar tidak dinaikkan saja, persaingan sudah terjadi. Apalagi bila tarif kamar harus dinaikkan,” katanya, Selasa (18/6).
Menurutnya, kenaikan tarif kamar mungkin akan terjadi hingga 5%-10%. Dia menilai kenaikan tersebut masih terbilang wajar mengingkat sebagian besar pengusaha hotel tidak menaikan tarif. “Pada awal tahun ini tidak sampai 10% hotel yang menaikan tarif kamar.”
Hingga saat ini, tarif hotel di Bandung masih tetap. Herman menilai pelaku industri perhotelan seharusnya segera menyikapi persoalan penaikan harga BBM.
Di tempat terpisah, Public Relation Savoy Homann Bidakara Hotel Malinda Dinangrit mengaku belum merencanakan kenaikan tarif kamar pemerintah memberlakukan penaikan harga BBM.
“Agenda kenaikan harga BBM ini masih terbilang baru. Savoy sendiri bulan ini masih memberlakukan tarif promo School Holiday dan bulan depan promo bulan puasa,” katanya.
Menurutnya, andaikan penaikan harga BBM ini berpengaruh besar pada perusahaan, Savoy Homann akan melakukan negosiasi harga kepada para supplier. "Apabila supplier menaikan harga secara otomatis pihak hotel pun akan mengikuti"
Malinda mencontohkan saat harga bahan makanan naik bulan lalu, pihak hotel pun harus menyesuaikan harga pasar.
“Akhirnya, bulan lalu paket meeting yang sebelumnya Rp160.000 per orang, naik menjadi Rp210.000 per orang,” katanya.(Hedi Ardia)