Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Arab Saudi Bujuk Anggota OPEC Pangkas Produksi

BISNIS.COM, JAKARTA – Arab Saudi akan membujuk anggota Organisasi Negara Pengekspor MInyak atau OPEC memangkas produksi guna menjaga harga minyak mentah di atas US$100 per barel hingga akhir tahun.

BISNIS.COM, JAKARTA – Arab Saudi akan membujuk anggota Organisasi Negara Pengekspor MInyak atau OPEC memangkas produksi guna menjaga harga minyak mentah di atas US$100 per barel hingga akhir tahun.

Menurut laporan National Commercial Bank (NCB) yang menjadi kreditur Kerajaan Arab Saudi dengan aset terbesar, anggota OPEC perlu melakukan pemangkasan mulai kuartal II/2013 dan menyepakati target produksi di level 30 juta barel per hari.

"Sejalan dengan tekad Arab Saudi memangkas produksi dalam jumlah besar pada masa lalu, keputusan untuk melanjutkan akan dievaluasi jika anggota OPEC yang lain meningkatkan produksi mereka sendiri pada 2013,” kata laporan NCB melalui surat elekronik sebagaimana dikutip Bloomberg, Minggu (26/5).

Mempertahankan harga minyak di atas US$100 untuk sisa 2013 mungkin menjadi rencana yang sulit daripada jika Kerajaan bertindak secara sepihak seperti masa lalu, tulis laporan tersebut.

Duabelas anggota OPEC memompa minyak mentah 30,5 juta barel per hari pada Mei, menurut laporan pasar bulanan terbaru milik kelompok tersebut yang diterbitkan 10 Mei. Kelompok yang memasok sekitar 40% dari minyak dunia, memiliki pagu produksi resmi 30 juta barel.

Permintaan minyak mentah dari OPEC rata-rata akan mencapai 29,8 juta barel per hari pada 2013.

Sementara itu, tren pergerakan harga minyak mentah dunia berpengaruh besar pada pergerakan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP).

Kendati ada potensi kenaikan produksi, pemerintah Indonesia melihat harga minyak mentah dunia dan ICP masih menghadapi banyak risiko dan faktor ketidakpastian yang bersumber dari kondisi geopolitik, kondisi alam dan iklim.

Atas pertimbangan tersebut, pemerintah mengubah asumsi ICP dalam RAPBN-P 2013 menjadi US$108 dari semula US$100 per barel.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor :
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper